Pendahuluan
Pengembangan
system dengan metode SDLC tidak selalu cocok untuk semua keadaan. Untuk keadaan
dimana system informasi harus segera digunakan, pengembangan dengan metode SDLC
yang membangun system dengan waktu yang lama sudah tidak tepat lagi. Misalnya
dibutuhkan system informasi yang harus segera digunakan. Jika dikembangkan
dengan SDLC maka system ini hanya dapat digunakan jika sudah selesai
dikembangkan. Oleh karena itu, untuk kasus-kasus tertentu, diperlukan metode
pengembangan system yang lain. Pengembangan system metode alternatif ini dapat
berupa pengembangan system metode:
·
Pemilihan
Model Pengembangan Sistem Informasi
·
Perbandingan
Metode Konvensional dengan Metode Alternatif
·
Paket
·
Outsourcing
·
End
- User Development
·
Prototyping
Pada umumnya materi pengembangan
system teknologi informasi metode alternative menjelaskan atau menerangkan ada
dua konsep pada penelitian atau pengembangan yaitu Metode Konvensional dan
Metode Alternatif. Dengan metode pengembangan secara konvensional, yaitu metode
SDLC (Sistem development life cycle), STI di kembangkan oleh analisis system.
Analisis system (system analyst). Pemakai system dapat menerima informasi yang
dibutuhkan baik secara off line maupun online.
Sedangkan pada metode alternativ
dapat berupa pengembangan system metode paket (package), metode prototype
(prototyping), metode pengembangan oleh pemakai
(end – user computing atau end user development) dan metode outsourcing.
Dengan memperhatikan kekurangan – kekurangan dan kelebihan- kelebihan pada
empat metode berbeda. Sesuai dengan proyek yang bersangkutan atau penelitian.
Pemilihan
Metode Pengembangan Sistem Informasi
Beberapa factor menentukan pemilihan metode pengembangan sistem
teknologi informasi. Factor-faktor tersebut antara lain:
1. Ketersediaan
paket,
2. Sumber
daya system teknologi informasi,
3.
Dampak dari system, dan
4. Jadwal
pemakaian system.
Prioritas pertama pemilihan
metode pengembangan system teknologi informasi (STI) umumnya adalah jatuh pada
paket. Ketersediaan paket perlu diperiksa. Banyak paket yang tersedia untuk
aplikasi paket yang umum, misalnya aplikasi akuntansi, operasi-operasi pokok
perbankan, dan lainnya. Untuk aplikasi yang khusus, misalnya DSS untuk permasalahan
yang unik, biasanya tidak tersedia paketnya, sehingga harus dikembangkan
sendiri.
Jika
paket tidak tersedia, prioritas kedua biasanya jatuh
pada outsourcing. Penentuan apakah akan dikerjakan dan dioperasikan
oleh pihak ketiga (outsourcing) atau akan dikembangkan sendiri (insourcing)
ditentukan oleh factor kemampuan sumber daya (resources) dari department system
teknologi informasi. Jika departemen STI tidak mempunyai sumber daya yang baik,
misalnya tidak mempunyai analis dan pemrogram yang berkualitas dan tidak
mempunyai teknologi yang memadai, pilihan biasanya jatuh pada outsorcing.
Gambar Pemilihan
metode-metode pengembangan STI
Perbandingan
Metode Konvensional dengan Metode Alternatif
Dengan metode pengembangan secara konvensional, yaitu metode SDLC
(system development life cycle), STI dikembangkan oleh analis system. Analis
system (system analyst) adalah orang yang dididik khusus untuk mengembangkan
system secara professional. Alasan menggunakan analis system di metode SDLC
adalah karena metode ini digunakan untuk mengembangkan system teknologi
informasi yang kompleks. STI yang kompleks perlu di analis oleh orang yang ahli
dalam bidangnya, sehingga permasalahan dapat di pecahkan dan kebutuhan pemakai
system dapat diidentifikasi dengan benar. Setelah STI berhasil dikembangkan
oleh analis system, STI ini umumnya dioperasikan oleh departemen system
informasi. Pemakai system dapat menerima informasi yang dibutuhkan baik secara
off-line, yaitu dengan menerima informasi yang didistribusikan oleh departemen
system informasi secara periodic atau secara on-line, yaitu dengan mengakses
informasi melalui terminal di pemakai system ke basis data di departemen system
informasi.
Pengembangan STI model outsourcing dilakukan oleh pihak ketiga
dan sekaligus dioprasikan oleh pihak ketiga. Pemakai sistem dapat menggunakan
STI ini dengan menerima informasi secara periodik oleh pihak ketiga atau dapat
menggunakan terminal yang dihubungkan ke tempat pihak ketiga yang
mengoprasikan STI ini.
Table berikut ini menunjukkan perbedaan
siapa yang mengembangkan dan siapa yang mengoprasikan antara metode – metode
pengembangan sistem yang ada
Paket
Paket yang tersedia dapat berupa program aplikasi yang sederhana,
misalnya hanya aplikasi penggajian atau aplikasi persediaan saja di fungsi
akuntansi sampai ke program aplikasi yang lengkap dan komplek misalnya ERP.
Jika paket tersedia, perusahaan tidak perlu merancang dan menulis sendiri
program aplikasinya.
Di dalam memilih paket, tiga faktor perlu
di perhatikan. Faktor – faktor ini adalah sebagai berikut ini:
1.
Spesifikasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
Spesifikasi merupakan kemampuan paket yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
2.
Ketersediaan
paket.
Setelah spesifikasi perusahaan sudah dapat
diidentifikasikan, perusahaan
dapat mencari paket aplikasi yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.
3.
Mengevaluasi
kebutuhan paket.
Dari beberapa paket yang tersedia yang memenuhi
kebutuhan perusahaan, paket yang dipilih harus yang paling baik dalam arti yang
kemampuan paketnya paling memenuhi kebutuhan perusahaan. Beberapa kriteria
harus di perhatikan dalam mengevaluasi kemampuan paket.
Tiga hal dapat dilakukan oleh perusahaan setelah paket yang dicari
ditemukan dan dipilih yaitu sebagai berikut ini.
1.
Paket digunakan tanpa perubahan.
Paket seperti ini biasanya adalah paket yang
sederhana atau paket untuk aplikasi yang umum, misalnya paket untuk aplikasi
akuntansi (misalnya MYOB, DacEasy, Peachtree dan lainnya) biasanaya bersifat
umum dan dapat di gunakan di hampir semua organisasi tanpa harus di adakan
modifikasi.
2.
Paket di modifikasi.
Kasus
ini biasanya dilakukan jika:
a. Kebutuhan yang di minta oleh perusahaan belum
dapat di penuhi oleh paket yang di pilih.
b. Yang di anggap benar adalah proses dari
perusahaan bukan proses dari paket sehingga paket harus menyesuaikan
perusahaanya.
3.
Perusahaan
yang di modifikasi.
Kasus ini merupakan kebalikan dari kasus di atas.
Kasus ini biasanya di lakukan jika :
a. Kebutuhan yang diminta sudah dipenuhi oleh
paket yang dipilih.
b. Yang dianggap benar adalah proses dari paket
bukan proses dari perusahaan sehingga perusahaan yang harus disesuaikan.
Proses ini biasanya dilakukan jika perusahaan akan
mengadakan rekayasa proses bisnis (business process
reengineering atau BPR) melalui penggunaan teknologi sistem
informasi. BPR merupakan perubahan proses yang radikal dan dipercaya akan lebih
efektip jika di gunakan sistem teknologi informasi. Paket mempunyai beberapa
kelebihan – kelebihan sebagai berikut ini:
Kelebihan paket:
1.
Kualitas paket yang baik.
- Dapat
digunakan dengan seketika
- Harga
paket relatif murah
- Dapat
digunakan untuk rekayasa ulang proses bisnis (business process
reengineering atau BPR)
- Kompatibel
dengan sesama pengguna paket.
Kekurangan
Paket:
- Tidak
sesuai dengan aplikasi yang unik
- Perbaikan,
modifikasi dan pengambangan paket sulit dikerjakan sendiri
- Basis data tidak terintegrasi dengan
aplikasi lainnya.
- Ketergantungan dari pemasok
Outsourcing
Jika paket tidak tersedia,
prioritas kedua biasanya jatuh pada outsourcing. Penentuan apakah akan
dikerjakan dan dioperasikan oleh pihak ketiga (outsourcing) atau akan
dikembangkan sendiri (insourcing) ditentukan oleh factor kemampuan
sumber daya (resources)dari departemen system teknologi informasi. Jika
departemen STI tidak mempunyai sumber daya yang baik, misalnya tidak mempunyai
analis dan pemrogram yang berkualitas dan tidak mempunyai teknologi yang
memadai, pilihan biasanya jatuh pada outsourcing.
a. Kelebihan-kelebihan
dan Kekurangan-kekurangan Outsourcing
Outsourcing menjadi
pilihan karena mempunyai beberapa kelebihan-kelebihan sebagai berikut ini :
1. Biaya
teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan tidak
berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak ketiga dalam
bentuk outsourcing yang lebih murah
dikarenakanoutsourcer menerima jasa dari perusahaan lainnya sehingga biaya
tetap outsourcer dapat dibagi ke beberapa perusahaan.
2. Mengurangi
waktu proses, karena beberapaoutsourcer dapat dipilih untuk bekerja
bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan.
3. Jasa
yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan
sendiri secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli di
bidang tersebut.
4. Perusahaan
tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini dan piahak outsourcer
mempunyainya.
5. Perusahaan
merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi dan transfer
pengetahuan yang dimiliki oleh outsourcer.
6. Meningkatkan
fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi
7. Mengurangi
resiko kagagalan investasi yang mahal.
8. Penggunaan
sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika ini terjadi, perusahaan hanya
menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saat – saat tertentu saja,
sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak di manfaatkan pada waktu
yang lainnya.
9.
Perusahaan dapat memfokuskan pada
pekerjaan lain yang lebih penting.
Disamping
kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh outsourcing, beberapa
kelemahan juga perlu diperhatikan. Kelemahan-kelemahan ini adalah sebagai
berikut ini.
1. Jika
aplikasi yang di-outsource adalah aplikasi yang stratejik, maka
dapat ditiru oleh pesaingnya yang juga dapat ditiru oleh pesaingnya yang jug a
dapat menjadi klien dari outsourcer yang sama.
2. Perusahaan
akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di outsource-kan. Jika
aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus segera ditangani jika terjadi
gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan jika
aplikasi ini di-outsource-kan karena kendali ada di outsourcer yang
harus di hubungi terlebih dahulu.
3. Jika
kekuatan menawar ada di outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak
kendali di dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya.
4. Perusahaan
akan kehilangan keahlian dari belajar membangun dan mengoperasikan aplikasi
tersebut.
b.
Keputusan Insourcing lawan Outsourcing
Berdasarkan Besarnya Budjet
Dari keputusan insourcing atau ousourcing dapat ditentukan sebagai
berikut ini.
1. De
facto insourcing.
Keputusan ini merupakan keputusan
100% budjet untuk insourcing yaitu semua
pengembangan sistem dan operasinya dilakukan oleh internal organisasi, yaitu
biasanya dilakukan oleh departemen sistem informasi atau departemen TI.
2. Total
in-sourcing.
Keputusan ini merupakan keputusan
sebagian besar (sekitar 80% budjet) dari pengembangan dan kegiatan operasi TI
dilakukan secara internal oleh departemen TI.
3. Selective
outsourcing.
Keputusan ini merupakan keputusan
sebagian besar (sampai dengan 80% budget) pengembangan dan operasi TI yang
diseleksi dikembangkan dan dioperasikan oleh penyedia jasa outsourcing.
4. TotaL
outsourcing.
Keputusan ini adalah menyerahkan
sebagian besar (lebih dari 80% budget) pengembangan dan operasi kegiatan IT
kepada penyedia jasa luar.
Berdasarkan Jenis Aplikasinya : Strategik dan Kritikal
Selain
outsourcing sekarang menjadi alternative untuk dipilih, tidak setiap aplikasi
tepat untuk di outsource-kan. Petuah konvensional mengatakan bahwa
aplikasi-aplikasi yang dapat di outsource-kan adalah aplikasi-aplikasi yang
jenisnya tidak strategic dan tidak kritikal.
Menurut petuah konvensional ini,
jika aplikasi bersifat strategic dan di outsource-kan, maka akan kehilangan
keuntungan kompetisinya sehingga tidak menjadi strategic lagi. Kehilangan
keuntungan kompetisinya karena outsource dapat menyediakan jasa semacam kepada
pesaing, sehingga pesaing dapat mempunyai aplikasi yang sama.
Petuah konvensional juga menyarankan
untuk tidak mengoutsource-kan aplikasi-aplikasi yang kritis, dengan alasan jika
terjadi gangguan dengan aplikasinya, maka akan sangat terlambat untuk
diperbaiki karena aplikasi tersebut dikerjakan di tempat outsourcer yang
terpisah dari tempat perusahaan.
Berdasarkan Kontribusi Aktivitas TI terhadap Operasi dan
Posisi Bisnis.
Keputusan apakah system teknologi
informasi akan di-outsource atau di-insource dapat juga ditentukan dengan
kontribusi aktivitas TI tersebut terhadap operasi dan posisi bisnis. Dengan
demikian terdapat dua dimensi untuk mengevaluasi keputusan outsourcing ini,
yaitu sebagai berikut:
1.
Kontribusi TI terhadap posisi bisnis, terdiri dari:
a. Diferensiasi (differentiation), yaitu aktivitas TI memberi yaitu aktivitas TI memberi kontribusi posisi
bisnis yang stratejik yang dapat membuat perusahaan berbeda dengan perusahaan
lainnya.
b. Komoditas (commodity), yaitu aktivitas TI hanya seperti komoditas biasa tidak menyumbangkan posisi stratejik
pada perusahaan.
2.
Kontribusi TI terhadap operasi bisnis, terdiri dari:
a. Kritikal (critical), yaitu TI digunakan untuk operasi bisnis yang
kritikal.
b. Berguna (useful), yaitu TI sangat berguna untuk digunakan pada operasi
bisnis, tetapi bukan untuk operasi bisnis yang kritikal.
Dari
dua dimensi ini dapat diperoleh empat kategori kontribusi TI terhadap operasi
dan posisi bisnis sebagai berikut ini:
ü Diferensiasi
Kritikal (critical differentiation).
Aktivitas
TI dapat memberikan kontribusi posisi stratejik pada perusahaan dan pada
operasi yang kritikal, sehingga aplikasi TI harus dikembangkan dan dioperasikan
sendiri di dalam perusahaan. Kategori ini disebut insource.
ü Komoditas
Kritikal (critical commodities).
Aktivitas
TI digunakan untuk operasi perusahaan yang kritikal tetapi tidak memberikan
posisi yang stratejik pada perusahaan. Apikasi TI semacam ini dapat
di-outsource-kan, sejauh masalah kritikal yang mungkin terjadi harus dipikirkan
dan diatasi. Kategori ini disebut best source.
ü Komoditas
Berguna (useful commodities).
Aktivitas
TI tidak digunakan untuk operasi yang kritikal dan tidak memberikan posisi
stratejik pada perusahaan. Aplikasi TI semacam ini sangat mungkin untuk
di-outsource-kan. Kategori ini disebut dengan outsource.
ü Diferensiasi
Berguna (useful differentiation).
Aktivitas
TI tidak digunakan untuk operasi yang kritikal tetapi memberikan posisi
stratejik pada perusahaan. Aplikasi TI semacam ini sebaiknya tidak untuk
di-outsource-kan. Kategori ini disebut dengan eliminate atau migrate.
Gambar Keputusan Outsourcing
Berdasarkan Posisi dan Operasi Bisnis.
Berdasarkan Analisis Strategic Grid
Aplikasi TI yang memberikan posisi
stratejik kepada perusahaan sebaiknya tidak di-outsource tetapi dikembangkan
dan di operasikan di internal perusahaan. McFarlan
dan McKenney`s strategic grid dapat digunakan untuk menganalisis kontribusi
TI terhadap posisi stratejik perusahaan. Posisi perusahaan di dalam strategic grid ditentukan oleh dua
dimensi, yaitu:
1. Ketergantungan operasi perusahaan terhadap TI
sekarang dan
2. Portofolio
pengembangan aplikasi-aplikasi TI di masa depan (ketergantungan operasi
perusahaan terhadap TI di masa depan).
Dari
kedua dimensi ini diperoleh empat kuadran, yaitu:
ü
Factory dengan rekomendasi aplikasi TI
untuk di-outsource,
ü
Strategic
dengan rekomendasi aplikasi TI untuk
tidak di-outsource,
ü
Support
dengan rekomendasi aplikasi TI untuk
di-outsource dan
ü
Turnaround
dengan rekomendasi aplikasi TI untuk
tidak di-outsource.
Untuk menentukan posisi aplikasi TI di strategic grid untuk masing-masing dimensi dapat dianalisa lewat
pengisian daftar pertanyaan yang sudah disediakan oleh Cash et al. (1992).
Baca Juga : Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Metode Alternatif (2/2)
Baca Juga : Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Metode Alternatif (2/2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar