Strategi Kontrak
Jika keputusan di-outsource-kan
sudah diputuskan, maka langkah berikutnya adalah mengevaluasi beberapa strategi
kontrak yang tersedia. Evaluasi strategi kontrak menggunakan dua buah dimensi sebagai berikut ini:
1. Gaya
Pembelian (Purchasing
style) yang menjelaskan gaya hubungan antara perusahaan dengan penyedia
jasa outsourcing yang terdiri dari:
a. Transaksi (Transaction) yaitu pembelian yang
regular dengan kontrak tepat waktu.
b. Hubungan baik (Relationship) yaitu hubungan pembelian dalam
bentuk partnership.
2. Focus
Pembelian (Purchasing
focus) yaitu menjelaskan siapa yang akan mengoperasikan dan mengelola
aktifitas-aktifitas TI yang terdiri dari:
a. Sumber daya (Resources) yaitu
aktifitas-aktifitas TI dikelola sendiri oleh departemen TI internal dengan sumber dayanya diperoleh dari
outsourcer.
b. Hasil (Result) yaitu outsourcer
mengelola aktifitas-aktifitas TI dan perusahaan hanya menerima hasil akhirnya
saja.
Kombinasi
dari dua dimensi dapat diperoleh empat macam alternative kontrak outsourcing sebagai berikut ini:
1. Beli-dalam (Buy-In)
yaitu outsourcer menyediakan sumber
daya TI semacam pemrogram komputer. Pengelolaan kegiatan-kegiatan TI masih
dikerjakan di departemen TI secara internal. Departemen TI internal bertanggung
jawab menyediakan hasilnya. Hubungan kerja antar perusahaan denga outsourcer adalah hubungan bisnis jangka
pendek.
2. Pemasok terpilih (Preferred suppliers) yaitu outsourcer menyediakan sumber-sumber daya TI semacam pemrograman
komputer. Pengelolaan kegiatan-kegiatan TI masih dikerjakan di departemen TI
secara internal. Departemen TI internal bertanggung jawab menyediakan hasilnya.
Hubungan kerja antar perusahaan denga outsourcer
adalah hubungan bisnis jangka panjang.
3. Kontrak-penuh (Contract-out)
yaitu outsourcer menyediakan
sumber-sumber daya TI semacam pemrograman komputer, mengelola kegiatan-kegiatan
TI dan bertanggung jawab menyediakan hasilnya.
4. Kontraktor Terpilih (Preferred contractor) yaitu perusahaan dan outsourcer
menbangun kerjasama jangka panjang, misanya membuat kembali perusahaan outsourcing untuk menyediakan sumber
daya, mengelola kagiatan-kegiatan TI dan menyediakan hasilnya.
Strategi
kontrak untuk outsourcing diatas dapat juga ditentukan dari melihat sisi
teknisnya. Terdapat dua dimensi untuk mempertimbangkan sisi teknis yaitu
sebagai berikut ini:
1. Kematangan
teknis (Technical manituring) yaitu kemampuan dari perusahaan
untuk mendefinisikan secara spesifik kebutuhan-kebutuhan yang harus disediakan
oleh outsourcer. Semakin matang kegiatan TI dari perspektif teknis yang
dipahami perusahaan, semakin rendah resiko yang akan terjadi jika perusahaan
meng-outsource aktifitas TU tersebut.
2. Integrasi
teknis (Technical integration) yaitu tingkat integrasi aktifitas
TI dengan proses bisnis dari sistem-sistem teknikal yang lain. Semakin tinggi
integrasinya, semakin tinggi resikonya jika perusahan meng-outsource aktifitas
TI tersebut.
End – User
Development
Jika
keputusannya adalah mengembangkan sistem teknologi informasi (STI) secara
internal (insourcing), maka yang dipertimbangkan selanjutnya adalah metode pengembangan oleh pengguna sistem end user development (EUD) atau end user computing (EUC). Factor penentu pengembangan STI oleh pemakai
sistem adalah dampak dari STI yang akan dikembangkan. Jika dampaknya sempit,
yaitu hanya pada individu pemakai sistem yang sekaligus pengembang sistem itu
juga, maka EUC dapat dilakukan. Sebaliknya jika dampaknya luas sampai ke
organisasi, pengambangan sistem dengan EUC akan berbahaya, karena jika terjadi
kesalahan, dampaknya akan berpengaruh kepada pemakai sistem lainya atau pada
organisasi secara luas.
Pengembangan
sistem oleh pemakai sistem (end user
computing) merupakan fenomena yang mulai tejadi terutama di
perusahaan-perusahaan yang menghadapi persaingan yang ketat.
Perusahaan-perusahaan seperti ini harus menghadapi persaingan dengan cepat.
Manajer-manajer di perusahaan ini harus dapat mengambil keputusan dengan cepat.
Padahal masalah yang harus diambil keputusannya adalah masalah-masalah ad-hoc yaitu maslah-masalah yang timbul tiba-tiba
dan tidak umum. Untuk permasalahan-permasalahan seperti ini, sistem teknologi
informasi tidak mendukung. Manajer harus membuat aplikasi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan seperti ini. Permasalahan baru muncul yaitu ketika
manajer bersangkutan meminta departemen informasi untuk mengembangkan aplikasi
tersebut. Karena banyak manajer yang mengalami permasalahan yang sama, yaityu
meminta informasi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan ad-hoc, maka
departemen informasi menjadi sangat sibuk dan membutuhkan waktu yang lama untuk
merespon dan menyelasaikan permintaan manaje-manajer tersebut, padahal aplikasi
tersebut harus segera digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang harus
segera dijawab. Karena permasalahan lamanya menunggu pengembangan sistem yang
dilakukan oleh departemen sistem informasi, banyak manajer berfikir untuk
mengembangkan sendiri aplikasinya tanpa harus tergantung dengan departemen
sistem informasi.
Kelebihan-kelebihan
dari EUC adalah sebagai berikut:
1. Menghindari permasalahan kenacetan di
departemen sistem informasi jika harus dikembangkan di departemen itu. Dengan
EUC, maka aplikasi dapat diselesaikan dengan lebih cepat karena dikembangkan
sendiri oleh pemakai sistem.
2. Kebutuhan pekai sistem dapat lebih terpenuhi
karena dikembangkan sendiri yang tentunya pemakai lebih memahamikeinginan sendiri
jika dibandingkan dengan dikembangkan oleh pihak lain yang kurang dapat
memahami sepenuhnya kebutuhan informasi dari pemakai sistem terutama untuk
sistem yang ad-hoc yang melibatkan keputusan-keputusan tidak terstruktur
(unstructured decisions).
3. Meningkatkan keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem sehingga pemakai akan lebih puas karena kebutuhannya
terpenuhi dan akibatnya kepuasan pemakai sistem akan membawa ke penggunaan
sistem tersebut.
4. Dengan mengembangkan sendiri aplikasinya,
kualitas pemahaman pemakai sistem terhadap sistem teknologiinformasi akan
meningkat.
Kekurangan-kekurangannya
adalah sebagai berikut ini.
1. Karena pemakai sistem harus mengembangkan
aplikasinya sendiri, paling tidak pemakai juga harus mempunyai pemahaman
tentang teknologi sistem informasi dan pemahaman tentang pengembangan sistem.
Tidak semua pemakai sistem mempunyai pemahaman tentang ini.
2. Penerapan EUC mempunyai resiko mengganggu
bahkan merusak sistem informasi diluar yang dikembangkan oleh pemakai sistem
jika dampak dari pengembangan EYC adalah luas diluar sistem yang dikembangkan
sendiri. Akibat dari ini misalnya adalah dapat merusak data di basis data
korporat jika pemakai sistem meggunakan data dan memutakhirkan data secara
salah yang ada di basis data.
3. Kelemahan ketiga
adalah kelemahan teknis yang diimiliki oleh pemakai sistem. Penerapan EUC dapat
tidak efisien dan efektif jika dikembangkan oleh pemakai sistem yang juga
sebagai manajer perusahaan. Jika manajer perusahaan harus belajar terlebih
dahulu bahasa pemrograman untuk dapat memprogram aplikasinya, maka akan dibutuhkan waktu yang
lama. Waktu manajer menjadi tidak efisien karena manajer dibayar mahal untuk
mengambil keputusan bukan untuk belajar bahasa pemprograman yang sangat teknis.
Sebaliknya jika manajer tidak dapat memprogram maka penerapan EUC menjadi tidak
efektif. Dengan demikian terjadi dilemma dalam penerapan EUC.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dari penerapan end
user computing (EUC) ini. Kelemahan pertama yaitu pemahaman tentang sistem
teknologi informasi (STI) dapat diatasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan
dan menunggu sampai pemakai sistem memahami hal tersebut. Dengan demikian
kelemahan pertama tersebut dapat diatasi dengan memperhatikan waktu (timing) penerapan EUC yang tepat yaitu
setelah pemakai-pemakai sistem yang akan mengembangkan sendiri aplikasi
mempunyai pengetahuan tentang STI.
Kelemahan kedua dari EUC adalah
resiko kerusakan sistem lainnya dan basis data. Kelemahan ini juga dapat
dibatasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan meningkatkan pengendalian
(control) yang berupa aturan-aturan dan pedoman-pedoman di dalam pengembangan
EUC. Kelemahan kedua ini dapat diatasi dengan memikirkan strategi pengembangan
EUC yang mengarah ke pertumbuhan EUC
yang terkendali (cotrolled growth).
Kelemahan ketiga dari penerapan
sisten EUC adalah dilemma yang dihadapi oleh manajer didalam menggunakan
waktunya untuk mempelajari pengembangan sistem. Kelemahan ketiga ini dapat
diatasi dengan taktik supaya waktu manajer tetap efisien dan hasil dari EUC
tetap efektif. Taktik yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan bahasa
generasi keempat yang mudah untuk dipelajari sehingga tidak membuang banyak
waktu manajer untuk mempelajari dan membentuk pusat informasi (information
center) yaitu pusat dimana manajer dapat meminta bantuan pakar jika
membutuhkan bantuan ketika menghadapi kesulitan dalam pengembangan dengan
metode EUC. Ketiga hal ini, yaitu waktu ( timing ), strategi dan taktik
penerapan EUC akan dibahas berikut ini.
Waktu Penerapan EUC
Pemakaian system yang harus mengembangkan aplikasinya
sendiri paling tidak harus mempunyai pemahaman tentang teknologi system
informasi dan pemahaman tentang pengembangan system tersebut. Tidak semua
pemakai system mempunyai pemahaman tentang ini. Jika pemakai system yang tidak
mempunyai pengetahuan tersebut bagaimana mungkin ia dapat mengembangkan system
dengan mengena. Jika EUC diizinkan dan pemakai system balum siap maka EUC sudah
dapat di pastikan akan tidak berhasil. Olah karena timing kapan end user
computing ( EUC ) dapat milai di terapkan di organisasi merupakan pertanyaan
yang krusial dan harus dipertimn\bangkan masak-masak.
Tahapan-tahapan
dari Nolan ( Nolan’s stages ) dapat di gunakan untuk menentukan timing dari
EUC. Nolan memberikan empat tahapan yaitu:
1.Tahap inisiasi
Tahap organisasi pertama kali
mengenal teknologi informasi. Secar umu, di Indonesia, teknologi informasi
mulai di kenal pada tahun 1970-an, tetapi hanya beberapa perusahaan besar saja,
Teknologi informasi mulai banyak dikenal diindonesia setelah dikenalkannya
computer mikro pada awal tahun 1980.
2.Tahap contagion.
Pada tahap ini banyak organisasi mulai menggunakan teknologi
informasi karena hanya meniru dari organiosasi lainnya tanpa mempertimbangkan
untung dan ruginya. Di Indonesia, tahun-tahun ini masih di anggap sebagai tahap
ketularan karena masih banyak organisasi yang menggunakan teknologi informasi
hanya meniru dari lainnya.
3.Tahap control.
Pada tahp ini, organisasi menggunakan teknologi informasi
dengan pertimbangan untung dan rugi. Beberapa perusahaan mengendalikan proses
pembelian teknologo informasi dengan mempertimbangkan untung dan ruginya. Jika
ada individu atau suatu unit di dalm perusahaan membutuhkan teknologi
informasi, maka bagian pengadaan akan mengevaluasi biaya dan manfaatnya sebelum
menyetujui pengadaannya. Beberapa perusahaan di Indonesia sudah masuk ke tahap
ini.
4.Tahap mature.
Pada tahap ini, organisasi menggunakan teknologi informasi
tidak hanya sudah lewat pertimbangan biaya dan manfaat, tetapi juga sudah
mempertimbangkan sampai keunggulan kompetisi untuk di gunakan sebagai alat
kompetisi. Beberapa perusahaan di Indonesia sudah mulai masuk ke tahap ini.
Strategi
EUC Jika organisasi sudah melakukan EUC, maka penerapan EUC
harus terus di kembangkan dalam arti bahwa manajer-manajer di dalam organisasi
hatus do dorong untuk melakukannya. Organisasi yang sudah siap dan sudah
melakukukan EUC akan mempunyai nilai keunggulan kompetisi tersendiri, karena
pengambilan keputusan ad-hoc oleh masing-masing manajer akan dapat cepat di
selesaikan oleh manajer itu sendiri dengan bantuan system teknologi informasi
yang di bangun sendiri. Perkembangan EUC di organisasi semacam ini di arahkan
sampai ke titik yang di sebut dengan pertumbuhan terkendali, yaitu saat EUC di
terapkan secara optimal di organisasi. Strategi mencapai titik ini dapat di
lakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Strategi aselerasi menekankan pada
kecepatan ekspansi dari penerapan EUC dengan pengendalian yang kurang
diperhatikan. Strategi ni lebih menekankan pada peningkatan kuantitas atau
jumlah manajer yang melakukan EUC
2. Strategi kontaimen adalah sebaliknya
yaitu lebih menekankan pada pengendalian dari EUC ketimbang kecepatan
penerapannya. Dengan strategi kontainmen, pengembangan EUC di tekankan pada kualitas EUC itu terlebih
dahulu sebelum diikuti oleh kuantitas yang melakukan EUC. Peningkatan kualitas
penerapan EUC dapat di lakukan dengan lebih melatih dan meningkatkan kualitas
pemahaman manajer terhadap EUC dan peningkatan aturan-aturan dan
pedoman-pedoman dalam penerapan EUC.
3. Beberapa organisasi di Amerika
Serikat lebih memilih strategi yang ketiga dalam pengembangan EUC yaitu
strategi imbang (balance). Strategi
imbang ini menekankan kualitas dan kuantitas berjalan bersama-sama secara
imbang untuk mencapai ke pertumbuhan terkendali dari penerapan EUC di
perusahaan.
Taktik Penerapan EUC
Hal yang ketiga yang perlu diperhatikan dalam EUC
adalah taktik pelaksaan EUC. Taktik
pelaksanaan EUC dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan kemampuan teknis manajer.
Taktik yang diterapkan adalah dengan menyediakan alat-alat pengembangan system
yang mudah digunakan dan membangun pusat
informasi (information center) di dalam organisasi.
Alat-alat Pengembangan Sistem
Alat-alat perangkat lunak generasi keempat dapat membantu
manajer untuk mengembangkan aplikasinya sendiri dengan lebih mudah. Alat-alat
perangkat lunak generasi keempat ini dapat berupa DBMS ( Data Base Management Systems) dengan bahasa kueri (query language) yang disediakannya, Visual Language dan CASE (Computer Aided Software Engineering)..
Bahasa kueri yang standar disebut dengan SQL (Structured Query Language). Bahasa
SQL mudah di pelajari dengan struktur dasarnya sebagai berikut :
select
data-item,…
from
nama-file
where
kondisi
Dengan memahami struktur dasar ini, manajer dapat mengkses
basis data yang telah dibuat dengan paket DBMS dengan mudah. Select, from dan where merupakan kata kunci yang harus ditulis persis. Arti dari select adalah memilih data-item di file
basis data yang akan ditampilkan (jika lebih dari satu item ditulis dengan
dipisahkan koma), from menunjukkan nama
file yang akan digunakan dan where
menunjukkan kondisi penyeleksian record dari file basis data.
Pusat informasi
Taktik lain selain menggunakan alat-alat pengembangan system
yang mudah untuk membantu penerapan EUC adalah dibangunnya pusat informasi (informasi center atau IC) di dalam departemen
system informasi. Konsultasi di unit ini akan selalu tersedia jika pemakai
system mengalami kesulitan teknis dalam mengembangkan aplikasinya sendiri. Unit
pusat informasi ini juga dapat berperan sebagai pengawas untuk menjamin
penerapan EUC terkendali dengan baik sesuai dengan kualitas dan integritas data
dan standar keamanan dan standar lainnya yang di tetapkan. Unit pusat informasi
juga dapat berfungsi sebagai unit pelatihan bagi pemakai system, unit yang mencari
dan mengevaluasi alat-alat pengembangan system yang dapat membantu pemakai
system.
Prototyping
Metode berikutnya yang perlu dipertimbangkan setelah metode
EUC adalah metode prototyping. Pertimbangan memilih metode ini adalah jadwal
pemakaian sistem teknologi informasi (STI) yang harus segera tidak dapat
menunggu terlalu lama. Metode prototyping
banyak digunakan untuk mengembangkan STI yang harus segera dioperasikan jika
tidak permasalahan yang akan diselesaikan STI sudah menjadi basi dan proses
pengambilan keputusan menjadi terlambat.
Suatu prototip
(prototype)
adalah bentuk dasar atau model awal dari suatu sistem atau bagian dari sistem.
Setelah dioperasikan, prototip ditingkatkan terus sesuai dengan kebutuhan
pemakai sistem yang juga meningkat.
Prototyping adalah proses pengembangan suatu prototip secara cepat
untuk digunakan terlebih dahulu dan ditingkatkan terus menerus sampai
didapatkan sistem yang utuh.
Proses membangun sistem ini yaitu dengan membuat prototip
atau model awal, mencobanya , meningkatkannya dan mencobanya lagi dan
meningkatkannya dan seterusnya sampai didapatnya sistem yang lengkap disebut
dengan proses iteratif (iterative process) dari pengembangan
sistem.
Tahapan-tahapan
yang dilakukan didalam pengembangan sistem menggunakan metode prototip adalah
sebagai berikut.
- Identifikasi kebutuhan pemakai yang paling mendasar.
Pembuat sistem dapat
mewawancarai pemakai sistem tentang
kebutuhan pemakai sistem yang paling minimal terlebih dahulu. Proses ini sama
dengan proses analisis di pengembangan sistem model SDLC.
- Membangun prototip
Prototip dibangun oleh pembuat
sistem dengan cepat. Hal ini dimungkinkan karena pembuat sistem hanya membangun
bagian yang paling mendasar dulu dari keseluruhan sistem yang paling dibutuhkan
terlbih dahulu oleh pemakai sistem. Hal lainnya yang memungkinkan pembuat
sistem menggunakan alat-alat bantu generasi
terbaru seperti misalnya DBMS
dan CASE.
- Menggunakan prototip
Pemakai sistem dianjurkan untuk
menggunakan prototip sehingga dapat menilai kekurangan-kekurangan dari prototip
sehingga dapat memberikan masukan-masukan kepada pembuat sistem.
- Merevisi dan meningkatkan prototip
Pembuat sistem memperbaiki prototip
berdasarkan pengalamannya untuk membuat
sistem sejenis yang baik. Jika prototip belum lengkap, maka proses iterasi diulang lagi mulai dari nomor 3.
- Jika prototip lengkap menjadi sistem yang dikehendaki,
proses iterasi dihentikan.
Beberapa
kelebihan-kelebihan dari metode pengembangan sistem cara prototyping adalah sebagai berikut.
1. Jika sistem yang dikembangkan ingin
digunakan secepatnya karena keputusan yang akan diambil manajer merupakan
keputusan yang harus segera dilakukan berdasarkan pada informasi yang diberikan
oleh sistem.
2. Terjadi ketidakpastian terhadap rancangan
dari sistem yang dapat berubah dengan berjalannya waktu disebabkan karena
kebutuhan informasi pemakai sistem yang belum jelas. Dengan prototyping, sistem akan selalu
ditingkatkan jika kebutuhan pemakai dari waktu ke waktu muncul dan dibutuhkan.
3. Prototyping mendorong partisipasi dan
keterlibatan pemakai sistem dalam pengembangan sistem karena sistem akan terus
ditingkatkan dari hasil saran-saran yang diberikan oleh pemakai sistem.
Disamping kelebihan-kelebihan dari prototyping , beberapa
kelemahan juga terjadi yaitu sebagai berikut ini :
1.
Kualitas
sistem akan berkurang disebabkan sistem tidak dirancang secara terintegrasi
sehingga dapat menyebabkan integrasi basis data kurang baik dan hubungan satu
bagian dengan bagian lain di sistem kurang terintegrasi.
2.
Dokumentasi
dari sistem kurang baik dibandingkan dengan yang diberikan oleh SLDC yang sudah
terancang dengan baik.
Baca Juga : Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Metode Alternatif (1/2)
Baca Juga : Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Metode Alternatif (1/2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar