Pembuka dari makalah ini memperkenalkan etika dalam
hal penalaran praktis. Memutuskan apa yang seharusnya kita lakukan adalah
tujuan utama dari penalaran praktis dan nilai-nilai kita adalah standar yang
mendukung kita bertindak dengan cara tertentu. Mengacu pada tujuan ini, nilai
apa yang didukung oleh lingkungan alam? Bagaimana melindungi lingkungan alam
dari degradasi? Mengapabisnis harus memperhatikan dan menghargai lingkungan alam?
Kepentingan pribadi manusia adalah jawaban yang
paling jelas untuk menjawab semua pertanyaan ini.Semua umat manusia bergantung
pada lingkungan alam untuk dapat bertahan hidup. Manusia membutuhkan air bersih
untuk minum, udara segar untuk bernapas, tanah dan lauatan yang subur untuk menghasilkan
makanan, lapisan ozon yang tebal untuk
menangkal radiasi sinar matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan
iklim yang rapuh dimana manusia tetap akan hidup di muka bumi ini.dua aspek
dari kenyataan lingkungan dewasa ini menegaskan pentingnya penalaran
berdasarkan kepentingan pribadi.
Pada akhir abad ke-19, manusia mulai menyadari
adanya alasan berdasarkan kepentingan pribadi untuk melindungi alam.Gerakan
konservasi, tahap pertama dari environmentalisme modern, mulaimenyeruhkan
pendekatan yang lebih terkendali dan hati-hati terhadap alam.Para pendukung
gerakan konservasi berargumen menentang eksploitasi sember daya alam seolah-ola halam dapat menyediakan pasokan bahan
yang tidak pernah habis. Mereka menegaskan bahwa bisnis memiliki alasan yang
baik untuk menjaga sumber daya alam., alasan yang paralel dengan pertimbangan
rasional untuk menjaga sumber daya financial. Lingkungan alam, seperti halnya
modal, memiliki kapasitas yang produktif untuk menghasilkan laba jangka panjang
hanya jika dikelola dan digunakan secara hati-hati.
Disamping alasan-alasan untukmelindungi kehidupan
dan kesehatan manusia ini, lingkungan alam sangat penting dan berharga untuk
banyak alasan lain. Sering kali nilai-nilai lain ini bertentangan dengan nilai
instrumental yang bersifat lebih langsung berasal dari perlakuan terhadap
lingkungan sebagai suatu sumber daya.
Tanggung
Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar
Meski perdebatan yang cukup signifikan mengelilingi
sebagian nilai lingkungan, masih terdapat kesepakatan yang kuat tentang alasan
yang bijak untuk melindungi lingkungan alam-manusia memiliki hak untuk
mendapatkan perlindungan dari bahaya. Kontroversi yang ada lebih berfokus
mengenai sarana terbaik untuk mencapai tujuan.Secara historis, perdebatan ini
berfokus pada apakah pasar yang efesien ataukah peraturan pemerintah adalah
sarana yang paling tepat untuk mempertemukan tangngung jawab bisnis terhadap
lingkungan.Masing-masing dari dua pendekatan ini memiliki implikasi yang
signifikan terhadap bisnis.
Dari satu sisi, jika pendekatan terbaik
terhadapmasalah lingkungan adalah untuk mempercayakan mereka pada pasar yang
efesien, maka menejer bisnis yang bertanggung jawab hanya perlu mencari
keuntungan danmembiarkan pasar untuk mengalokasikan sumber daya secara
efesien.Dengan melakukan ini, bisnis memenuhi perannya di dalam sebuah system
pasar, yang pada gilirannya melayani kebaikan keseluruhan (utilitarianisme) yang
lebih besar. Disisi lain, jika peraturan pemerintah adalah pendekatan yang
lebih memadai, maka bisnis harus mengembangkan struktur yang mematuhi peraturan
untuk memastikan bahwa bisnis telah mematuhi peraturan tersebut.
Para pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa
masalah lingkungan adalah masalah ekonomi yang patut mendapat solusi
ekonomi.Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan alokasi dan distribusi
dari sumber daya yang terbatas.
Tantangan terhadap pandangan yang sempit mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan ini tidak asing lagi.Berbagai kegagalan pasar,
yang kebanyakan melibatkan isu lingkungan.Menunjukkan bahwa solusi pasar itu
tidak memadai.Salah satu contohnya adalah keberadaan dari eksternalitas,
contohnya dalam buku teks adalah polusi lingkungan.Jenis kegagalan pasar yang
kedua terjadi ketika tidak ada pasar yang menciptakan harga untuk barang-barang
sosial yang penting.Cara ketiga dimana kegagalan pasar dapat mengarah pada
kerusakan lingkungan yang serius melibatkan perbedaan antara keputusan individu
dan konsekuensi kelompok.
Kegagalan pasar ini menimbulkan keprihatinan serius
terhadap kemampuan dari ekonomi pasar untuk mencapai kebijakan lingkungan yang
tepat.Para pembela pandangan yang sempit tentang tanggung jawab sosial
perusahaan tentu saja telah memberikan tanggapan terhadap tantangan ini.
Tanggung
Jawab Lingkungan dari Bisnis: Pendekatan Peraturan
Sebuah konsensus luas muncul di Amerika Serikat pada
tahun 1970-an bahwa pasar yang tidak diatur oleh undang-undang adalah
pendekatan yang tidak memadai terhadap tantangan-tantanganlingkungan.
Sebaiknya, peraturan pemerintah dilihat sebagai cara yang lebih baik untuk
menanggapi masalah lingkungan. Setiap undang-undang awalnya dipelopori oleh
kongres yang didominasi oleh partai Demokrat ditandatangani menjadi
undang-undang oleh presiden yang berasal dari partai prepublik.
Semua undang-undang ini memiliki pendekatan yang
sama terhadap isu lingkungan. Sebelum semua undang-undang ini diberlakukan,
hukum utama untuk penangananterhadap keprihatinan lingkungan adalah hukum
tort.Hanya individu yang dapat membuktikan bahwa mereka telah dirugikan oleh
polusi-lah yang dapat mengajukan tuntutan hukum atas polusi udara dan air.
Pendekatan hukum ini menempatkan beban pembuktian
pada orang yang telah dirugikan, dan paling baik hanya menawarkan kompensasi
atas kerugian yang ada setelah adanya fakta.Dengan pengecualian di atas
insentif yang diberikan oleh ancaman konpensasi, kebijakan di Amerika Serikat
tidak berbuat banyak untuk mencega timbulnya kerusakan akibat polusi.Tanpa
adanya bukti kelalaian, kebijakan publik cukup puas dengan menyerahkan
keputusan mengenai kebijakan lingkungan kepada pasar.Karena spesies yang hampir
punah tidak memiliki perlindungan hukum, kerusakan yang mencelakai kehidupan
tanaman dan binatang bukan merupakan perhatian hukum.Selain itu kebijakan
sebelumnya tidak berbuat banyak untuk mencegah kerusakan pelestarian tanaman
dan kepunahan binatang.
Undang-undang yang mulai diberlakukan selama tahun
1970-an menetapkan standar yang secara efektif memindahkan beban pembuktian
dari mereka yang terancam tindakan perusakan kepada mereka yang melakukan
tindakan peusakan. Pemerintah menetapkan standar aturan untuk mencegah terjadinya
polusi atau kepunahan spesies alih-alih menawarkan konpensasi setelah adanya
fakta.kita dapat berpikir bahwa undang-undang ini menetapkan standar minimum
untuk memastikan kualitas udara dan air serta pelestarian spesies.
Bisnis beban untuk mencapai tujuannya selama mereka
mematuhi batasan yang ditetapkan oleh standar minimum ini.Consensus yang muncul
adalah bahwa masyarakat memiliki dua kesempatan untuk menetapkan tanggun jawab
lingkungan perusahaan.Sebagai konsumen, individu dapat meminta produk yamg
ramah lingkungan di pasar.Sebagai warga Negara, individu dapat mendukung
legislasi terkait lingkungan. Selama bisnis merespon pasar dan mematuhi
undang-undang , bisnis telah bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jika
konsumen meminta produk yang mungkin menimbulkan bagi lingkunagn, seperti mobil
SUV yang boros bahan bakar, dan produk tersebut diizinkan peredarannya oleh
undang-undang.
Tanggung
Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan
Sejak tahun 1980-an, model baru mengenai lingkungan
perusahaan mulai menemukan bentuknya, bentuk yang menggabungkan peluang
keuangan dengan tanggung jawab lingkungan dan etis.Konsep
pengembangan/pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dan
praktik bisnis yang berkelanjutan (sustainable business practice) menyarankan
visi baru yang radikal untuk mengintregrasikan tujuan lingkungan dan keuangan,
dibandingkan dengan model pertumbuhan yang sebelumnya.Ketiga tujuan ini,
keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan etis, sering kali disebut sebagai tiga pilar
keberlanjutan (three pillar of sustainability).
Konsep pengembangan yang berkelanjutan ini dapat
ditelusuri melalui laporan dari World Commission on Enviroment and Development
(WCED) perserikatan bangsa-bangsa pada tahun 1987, yang lebih dikenal dengan Brundtland
commission, dinamai sesuai dengan ketuanya, Gro Harlem Brundtland. Komisi ini
bertanggung jawab untuk mengembangkan rekomendasi untuk jalur-jalur menuju
pembangunan ekonomi dan sosial yang menghindari upaya mencapai pertumbuhan
ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan
dalam jangka panjang. Brundtland Commission menawarkan apa yang menjadi
definisi standar dari pembangunan yang berkelanjutan. “Pembangunan yang
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengompromosikan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
Ekonomi Herman Daly merupakan salah satu pemikir
ternama yang menyuarakan sebuah pendekatan inovatif terhadap teori ekonomi
berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan melebihi standar yang lebih
umum dari pertumbuhan ekonomi. Kecuali kita membuat perubahan yang signifikan
di dalam pemahaman kegiatan ekonomi, kecuali kita mengubah cara kita berbisnis
secara meyakinkan, kita akan gagal memenuhi kewajiban etis dan lingkungan yang
mendasar. Kita dapat memulai pemahaman dari kegiatan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi standar yang dapat ditemukan didalam setiap buku teks ekonomi.
Apa yang biasanya disebut dengan “model arus
sirkular” menjelaskan sifat transaksi ekonomi dalam hal arus sumber daya dari
bisnis sampai ke rumah tangga dan kembali lagi ke bisnis. Bisnis menghasilkan
barang dan jasa untuk merespons permintaan pasar dari rumah tangga, kemudian
mengirim barang dan jasa tersebut ke rumah tangga untuk ditukarkan dengan
pembayaran yang diterimah oleh bisnis.Pembayaran ini selanjutnya dikembalikan
lagi ke rumah tangga dalam bentuk upah, gaji, sewa, keuntungan, dan bunga.
Rumah tangga menerimah pembayaran sebagai pertukaran atas tenaga kerja, lahan,
modal, dan keahlian wirausaha untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Peluang
Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan
Jika model peraturan dan kepatuhan cenderung untuk
menafsirkan tanggung jawab lingkungan sebagai hambatan pada bisnis, model
berkelanjutan lebih maju dan dapat menghadirkan bagi bisnis peluang yang lebih
besar dibandingkan beban. Dan memang, model ini menawarkan sebuah visi bisnis
masa depan yang telah banyak dikejar oleh bisnis yang kreatif dan bersifat
wirausaha.
Kelompok peneliti lingkungan dan konsultan, The
Natural Step, menggunakan gambar sebuah corong, dengan dua garis yang saling
mengerucut pada satu ujungnya, untuk membantu bisnis memahami peluang-peluang
tersebut.Sumber daya yang diperlukan untuk menunjang kehidupan berada pada bidang
miring yang terus menurun.Meski terdapat perselisihan mengenai sudut kemiringan
(apakah kita berada pada permulaan dengan tingkat kemiringan sedikit atau sudah
berada pada tingkat yang lebih jauh, dengan tingkat kemiringan yang tajam?),
dan consensus yang meluas bahwa sumber daya yang tersedia telah mengalami
penurunan. Garis kedua menunjukkan jumlah permintaan agregat di seluruh dunia,
dengan memperhitungkan pertumbuhan populasi dan permintaan yang terus meningkat
dari gaya hidup konsumtif.
Tanpa adanya bencana alam, kebanyakan tapi tidak
semua industri akan lolos melalui corong yang sempit untuk menuju era kehidupan
yang berkelanjutan. Bisnis yang tidak mampu melihat visi masa depan yang
berkelanjutan akan membentur dinding yang menyempit. Bisnis yang inovatif dan
bersifat wirausaha-lah yang akan menemukan jalan untuk melalui dinding corong
yang menyempit itu.
Selanjutnya The Natural Step menantang bisnis untuk
melakukan “backcasting” dari sebuah jalan menuju keberlanjutan. Kita semua
cukup mengenal dengan apa yang disebut peramalan (forecasting), dimana kita
meneliti data saat ini dan memprediksi masa depan. “Backcasting” menyelidiki
apa yang akan terjadi di masa depan ketika kita berhasil keluar melewati corong
tersebut. Mengetahui seperti apa masa depan itu, bisnis yang kreatif kemudian
melihat kebelakang kembali kemasa kini dan menentukan apa yang harus dilakukan
untuk mencapai kemasa depan. Suatu kasus yang kuat dapat dibuat untuk mengambil
langka saat ini demi mencapai masa depan yang berkelanjutan. Ada lima alasan
yang membentuk suatu kasus persuasif untuk menyimpulkan bahwa upaya mengejar
strategi yang berkelanjutan hamper selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis.
Ø Keberlanjutan
adalah strategi jangka panjang yang bijak.
Ø Potensi
pasar yang besar yang belum terpenuhi diantara perekonomian dunia yang sedang
berkembang hanya dapat di penuhi dengan cara yang berkelanjutan.
Ø Penghematan
biaya yang signifikan dapat di capai melalui praktik yang berkelanjutan.
Ø Terdapat
keunggulan kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan.
Ø Keberlanjutan
adalah strategi manajemen risiko yang baik.
Prinsip-prinsip
untuk Bisnis yang Berkelanjutan.
Implikasi yang tepat dari keberlanjutan ini akan
berbeda antara perusahaan dan industri tertentu, namun tiga prinsip umum ini
akan memandu untuk bergerak kearah keberlanjutan. Perusahaan serta industri
harus menjadi lebih efesien dalam menggunakan sumber daya alam: mereka harus
meniru proses produksi keseluruhannya pada proses biologis; dan mereka harus
menekankan produksi jasa alih-alih produksi produk.
1. Prinsip
pertama, eko-efesiensi telah cukup lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan,
“Mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit”
2. Prinsip
kedua, biomimicry – produksi “putaran tertutup” berusaha untuk mengintegrasikan
kembali limbah ke dalam proses produksi. Sama halnya dengan proses biologi
seperti siklus fotosintesis “limbah” dari sebuah kegiatan menjadi sumber daya
untuk kegiatan lain.
3. Prinsip
ketiga, tanggung jawab dari hidup sampai-hidup kembali menyatakan bahwa bisnis
seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir dari
produknya ke dalam siklus prduktif.
4. Prinsip
keempat, ekonomi berbasis jasa menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai
permintaan akan jasa.
bagusss
BalasHapus