Kamis, 14 April 2016

Etika Bisnis dan Lingkungan

Etika Bisnis dan Nilai-Nilai Lingkungan
Pembuka dari makalah ini memperkenalkan etika dalam hal penalaran praktis. Memutuskan apa yang seharusnya kita lakukan adalah tujuan utama dari penalaran praktis dan nilai-nilai kita adalah standar yang mendukung kita bertindak dengan cara tertentu. Mengacu pada tujuan ini, nilai apa yang didukung oleh lingkungan alam? Bagaimana melindungi lingkungan alam dari degradasi? Mengapabisnis harus memperhatikan  dan menghargai lingkungan alam?
Kepentingan pribadi manusia adalah jawaban yang paling jelas untuk menjawab semua pertanyaan ini.Semua umat manusia bergantung pada lingkungan alam untuk dapat bertahan hidup. Manusia membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernapas, tanah dan lauatan yang subur untuk menghasilkan makanan, lapisan ozon yang tebal untuk  menangkal radiasi sinar matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan iklim yang rapuh dimana manusia tetap akan hidup di muka bumi ini.dua aspek dari kenyataan lingkungan dewasa ini menegaskan pentingnya penalaran berdasarkan kepentingan pribadi.
Pada akhir abad ke-19, manusia mulai menyadari adanya alasan berdasarkan kepentingan pribadi untuk melindungi alam.Gerakan konservasi, tahap pertama dari environmentalisme modern, mulaimenyeruhkan pendekatan yang lebih terkendali dan hati-hati terhadap alam.Para pendukung gerakan konservasi berargumen menentang eksploitasi sember daya alam seolah-ola halam dapat menyediakan pasokan bahan yang tidak pernah habis. Mereka menegaskan bahwa bisnis memiliki alasan yang baik untuk menjaga sumber daya alam., alasan yang paralel dengan pertimbangan rasional untuk menjaga sumber daya financial. Lingkungan alam, seperti halnya modal, memiliki kapasitas yang produktif untuk menghasilkan laba jangka panjang hanya jika dikelola dan digunakan secara hati-hati.
Disamping alasan-alasan untukmelindungi kehidupan dan kesehatan manusia ini, lingkungan alam sangat penting dan berharga untuk banyak alasan lain. Sering kali nilai-nilai lain ini bertentangan dengan nilai instrumental yang bersifat lebih langsung berasal dari perlakuan terhadap lingkungan sebagai suatu sumber daya.

Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar
Meski perdebatan yang cukup signifikan mengelilingi sebagian nilai lingkungan, masih terdapat kesepakatan yang kuat tentang alasan yang bijak untuk melindungi lingkungan alam-manusia memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya. Kontroversi yang ada lebih berfokus mengenai sarana terbaik untuk mencapai tujuan.Secara historis, perdebatan ini berfokus pada apakah pasar yang efesien ataukah peraturan pemerintah adalah sarana yang paling tepat untuk mempertemukan tangngung jawab bisnis terhadap lingkungan.Masing-masing dari dua pendekatan ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap bisnis.
Dari satu sisi, jika pendekatan terbaik terhadapmasalah lingkungan adalah untuk mempercayakan mereka pada pasar yang efesien, maka menejer bisnis yang bertanggung jawab hanya perlu mencari keuntungan danmembiarkan pasar untuk mengalokasikan sumber daya secara efesien.Dengan melakukan ini, bisnis memenuhi perannya di dalam sebuah system pasar, yang pada gilirannya melayani kebaikan keseluruhan (utilitarianisme) yang lebih besar. Disisi lain, jika peraturan pemerintah adalah pendekatan yang lebih memadai, maka bisnis harus mengembangkan struktur yang mematuhi peraturan untuk memastikan bahwa bisnis telah mematuhi peraturan tersebut.
Para pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa masalah lingkungan adalah masalah ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi.Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan alokasi dan distribusi dari sumber daya yang terbatas.
Tantangan terhadap pandangan yang sempit mengenai tanggung jawab sosial perusahaan ini tidak asing lagi.Berbagai kegagalan pasar, yang kebanyakan melibatkan isu lingkungan.Menunjukkan bahwa solusi pasar itu tidak memadai.Salah satu contohnya adalah keberadaan dari eksternalitas, contohnya dalam buku teks adalah polusi lingkungan.Jenis kegagalan pasar yang kedua terjadi ketika tidak ada pasar yang menciptakan harga untuk barang-barang sosial yang penting.Cara ketiga dimana kegagalan pasar dapat mengarah pada kerusakan lingkungan yang serius melibatkan perbedaan antara keputusan individu dan konsekuensi kelompok.
Kegagalan pasar ini menimbulkan keprihatinan serius terhadap kemampuan dari ekonomi pasar untuk mencapai kebijakan lingkungan yang tepat.Para pembela pandangan yang sempit tentang tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja telah memberikan tanggapan terhadap tantangan ini.

Tanggung Jawab Lingkungan dari Bisnis: Pendekatan Peraturan
Sebuah konsensus luas muncul di Amerika Serikat pada tahun 1970-an bahwa pasar yang tidak diatur oleh undang-undang adalah pendekatan yang tidak memadai terhadap tantangan-tantanganlingkungan. Sebaiknya, peraturan pemerintah dilihat sebagai cara yang lebih baik untuk menanggapi masalah lingkungan. Setiap undang-undang awalnya dipelopori oleh kongres yang didominasi oleh partai Demokrat ditandatangani menjadi undang-undang oleh presiden yang berasal dari partai prepublik.
Semua undang-undang ini memiliki pendekatan yang sama terhadap isu lingkungan. Sebelum semua undang-undang ini diberlakukan, hukum utama untuk penangananterhadap keprihatinan lingkungan adalah hukum tort.Hanya individu yang dapat membuktikan bahwa mereka telah dirugikan oleh polusi-lah yang dapat mengajukan tuntutan hukum atas polusi udara dan air.
Pendekatan hukum ini menempatkan beban pembuktian pada orang yang telah dirugikan, dan paling baik hanya menawarkan kompensasi atas kerugian yang ada setelah adanya fakta.Dengan pengecualian di atas insentif yang diberikan oleh ancaman konpensasi, kebijakan di Amerika Serikat tidak berbuat banyak untuk mencega timbulnya kerusakan akibat polusi.Tanpa adanya bukti kelalaian, kebijakan publik cukup puas dengan menyerahkan keputusan mengenai kebijakan lingkungan kepada pasar.Karena spesies yang hampir punah tidak memiliki perlindungan hukum, kerusakan yang mencelakai kehidupan tanaman dan binatang bukan merupakan perhatian hukum.Selain itu kebijakan sebelumnya tidak berbuat banyak untuk mencegah kerusakan pelestarian tanaman dan kepunahan binatang.
Undang-undang yang mulai diberlakukan selama tahun 1970-an menetapkan standar yang secara efektif memindahkan beban pembuktian dari mereka yang terancam tindakan perusakan kepada mereka yang melakukan tindakan peusakan. Pemerintah menetapkan standar aturan untuk mencegah terjadinya polusi atau kepunahan spesies alih-alih menawarkan konpensasi setelah adanya fakta.kita dapat berpikir bahwa undang-undang ini menetapkan standar minimum untuk memastikan kualitas udara dan air serta pelestarian spesies.
Bisnis beban untuk mencapai tujuannya selama mereka mematuhi batasan yang ditetapkan oleh standar minimum ini.Consensus yang muncul adalah bahwa masyarakat memiliki dua kesempatan untuk menetapkan tanggun jawab lingkungan perusahaan.Sebagai konsumen, individu dapat meminta produk yamg ramah lingkungan di pasar.Sebagai warga Negara, individu dapat mendukung legislasi terkait lingkungan. Selama bisnis merespon pasar dan mematuhi undang-undang , bisnis telah bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jika konsumen meminta produk yang mungkin menimbulkan bagi lingkunagn, seperti mobil SUV yang boros bahan bakar, dan produk tersebut diizinkan peredarannya oleh undang-undang.

Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan
Sejak tahun 1980-an, model baru mengenai lingkungan perusahaan mulai menemukan bentuknya, bentuk yang menggabungkan peluang keuangan dengan tanggung jawab lingkungan dan etis.Konsep pengembangan/pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dan praktik bisnis yang berkelanjutan (sustainable business practice) menyarankan visi baru yang radikal untuk mengintregrasikan tujuan lingkungan dan keuangan, dibandingkan dengan model pertumbuhan yang sebelumnya.Ketiga tujuan ini, keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan etis, sering kali disebut sebagai tiga pilar keberlanjutan (three pillar of sustainability).
Konsep pengembangan yang berkelanjutan ini dapat ditelusuri melalui laporan dari World Commission on Enviroment and Development (WCED) perserikatan bangsa-bangsa pada tahun 1987, yang lebih dikenal dengan Brundtland commission, dinamai sesuai dengan ketuanya, Gro Harlem Brundtland. Komisi ini bertanggung jawab untuk mengembangkan rekomendasi untuk jalur-jalur menuju pembangunan ekonomi dan sosial yang menghindari upaya mencapai pertumbuhan ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang. Brundtland Commission menawarkan apa yang menjadi definisi standar dari pembangunan yang berkelanjutan. “Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengompromosikan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Ekonomi Herman Daly merupakan salah satu pemikir ternama yang menyuarakan sebuah pendekatan inovatif terhadap teori ekonomi berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan melebihi standar yang lebih umum dari pertumbuhan ekonomi. Kecuali kita membuat perubahan yang signifikan di dalam pemahaman kegiatan ekonomi, kecuali kita mengubah cara kita berbisnis secara meyakinkan, kita akan gagal memenuhi kewajiban etis dan lingkungan yang mendasar. Kita dapat memulai pemahaman dari kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi standar yang dapat ditemukan didalam setiap buku teks ekonomi.
Apa yang biasanya disebut dengan “model arus sirkular” menjelaskan sifat transaksi ekonomi dalam hal arus sumber daya dari bisnis sampai ke rumah tangga dan kembali lagi ke bisnis. Bisnis menghasilkan barang dan jasa untuk merespons permintaan pasar dari rumah tangga, kemudian mengirim barang dan jasa tersebut ke rumah tangga untuk ditukarkan dengan pembayaran yang diterimah oleh bisnis.Pembayaran ini selanjutnya dikembalikan lagi ke rumah tangga dalam bentuk upah, gaji, sewa, keuntungan, dan bunga. Rumah tangga menerimah pembayaran sebagai pertukaran atas tenaga kerja, lahan, modal,  dan keahlian wirausaha untuk menghasilkan barang dan jasa.

Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan
Jika model peraturan dan kepatuhan cenderung untuk menafsirkan tanggung jawab lingkungan sebagai hambatan pada bisnis, model berkelanjutan lebih maju dan dapat menghadirkan bagi bisnis peluang yang lebih besar dibandingkan beban. Dan memang, model ini menawarkan sebuah visi bisnis masa depan yang telah banyak dikejar oleh bisnis yang kreatif dan bersifat wirausaha.
Kelompok peneliti lingkungan dan konsultan, The Natural Step, menggunakan gambar sebuah corong, dengan dua garis yang saling mengerucut pada satu ujungnya, untuk membantu bisnis memahami peluang-peluang tersebut.Sumber daya yang diperlukan untuk menunjang kehidupan berada pada bidang miring yang terus menurun.Meski terdapat perselisihan mengenai sudut kemiringan (apakah kita berada pada permulaan dengan tingkat kemiringan sedikit atau sudah berada pada tingkat yang lebih jauh, dengan tingkat kemiringan yang tajam?), dan consensus yang meluas bahwa sumber daya yang tersedia telah mengalami penurunan. Garis kedua menunjukkan jumlah permintaan agregat di seluruh dunia, dengan memperhitungkan pertumbuhan populasi dan permintaan yang terus meningkat dari gaya hidup konsumtif.
Tanpa adanya bencana alam, kebanyakan tapi tidak semua industri akan lolos melalui corong yang sempit untuk menuju era kehidupan yang berkelanjutan. Bisnis yang tidak mampu melihat visi masa depan yang berkelanjutan akan membentur dinding yang menyempit. Bisnis yang inovatif dan bersifat wirausaha-lah yang akan menemukan jalan untuk melalui dinding corong yang menyempit itu.
Selanjutnya The Natural Step menantang bisnis untuk melakukan “backcasting” dari sebuah jalan menuju keberlanjutan. Kita semua cukup mengenal dengan apa yang disebut peramalan (forecasting), dimana kita meneliti data saat ini dan memprediksi masa depan. “Backcasting” menyelidiki apa yang akan terjadi di masa depan ketika kita berhasil keluar melewati corong tersebut. Mengetahui seperti apa masa depan itu, bisnis yang kreatif kemudian melihat kebelakang kembali kemasa kini dan menentukan apa yang harus dilakukan untuk mencapai kemasa depan. Suatu kasus yang kuat dapat dibuat untuk mengambil langka saat ini demi mencapai masa depan yang berkelanjutan. Ada lima alasan yang membentuk suatu kasus persuasif untuk menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi yang berkelanjutan hamper selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis.
Ø  Keberlanjutan adalah strategi jangka panjang yang bijak.
Ø  Potensi pasar yang besar yang belum terpenuhi diantara perekonomian dunia yang sedang berkembang hanya dapat di penuhi dengan cara yang berkelanjutan.
Ø  Penghematan biaya yang signifikan dapat di capai melalui praktik yang berkelanjutan.
Ø  Terdapat keunggulan kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan.
Ø  Keberlanjutan adalah strategi manajemen risiko yang baik.

Prinsip-prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan.
Implikasi yang tepat dari keberlanjutan ini akan berbeda antara perusahaan dan industri tertentu, namun tiga prinsip umum ini akan memandu untuk bergerak kearah keberlanjutan. Perusahaan serta industri harus menjadi lebih efesien dalam menggunakan sumber daya alam: mereka harus meniru proses produksi keseluruhannya pada proses biologis; dan mereka harus menekankan produksi jasa alih-alih produksi produk.
1.  Prinsip pertama, eko-efesiensi telah cukup lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan, “Mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit”
2.     Prinsip kedua, biomimicry – produksi “putaran tertutup” berusaha untuk mengintegrasikan kembali limbah ke dalam proses produksi. Sama halnya dengan proses biologi seperti siklus fotosintesis “limbah” dari sebuah kegiatan menjadi sumber daya untuk kegiatan lain.
3.  Prinsip ketiga, tanggung jawab dari hidup sampai-hidup kembali menyatakan bahwa bisnis seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir dari produknya ke dalam siklus prduktif.
4.     Prinsip keempat, ekonomi berbasis jasa menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai permintaan akan jasa.

1 komentar: