Selasa, 12 April 2016

Pengambilan Keputusan Yang Etis : Dalam Konteks Pribadi Dan Profesional

Bayangkan Anda sebagai orang pertama yang memasuki kelas etika bisnis. Ketika Anda duduk, Anda menemukan sebuah iPod di bawah kursi yang berdekatan dengan Anda. Kemudian Anda mengambilnya dan menyalakannya. iPod itu berfungsi dengan baik, dan bahkan memuat beberapa musik favorit Anda. Melihat sekeliling, Anda menyadari bahwa Anda masih sendirian di ruangan itu dan tidak akan ada seorang pun yang akan tahu jika Anda yang menyimpannya.
Karena tidak dapat memutuskan dengan segera, dan melihat bahwa mahasiswa lainnya mulai memasuki kelas, Anda menaruh iPod tersebut ke lantai di samping tas dan buku Anda. Ketika kelas sudah dimulai, Anda menyadari bahwa Anda memiliki waktu sepanjang seperkuliahan itu untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.
- Apa yang akan Anda pikirkan ketika Anda duduk disana ?
- Apa yang akan Anda lakukan ?              
Sekarang mari kita ubah skenarionya. Anda bukan menjadi yang menemukan iPod tersebut, tetapi menjadi seorang teman yang duduk disamping orang tersebut. Ketika kelas dimulai, teman Anda tersebut menceritakan apa yang terjadi, dan meminta saran Anda.
Pelajaran kelas etika bisnis hari ini adalah Bab 2 dalam buku pelajaran Anda, yaitu Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan bagi Intergritas Pribadi dan Keadilan Sosial.
Terakhir, bayangkan Anda sebagai seorang perwakilan mahasiswa pada dewan yudisial di kampus Anda. Mahasiswa yang menemukan iPod memutuskan untuk menyimpannya belakangan dituduh mencuri. Bagaimana Anda membuat keputusan Anda?
-   Fakta-fakta utama apa saja yang harus Anda pertimbangkan sebelum membuat sebuah keputusan, ketika Anda di dalam ketiga posisi tersebut?
-   Apakah ini adalah sebuah isu etis? Tepatnya aspek etis apa saja yang terlibat dalam keputusan Anda?
-   Siapa saja yang terlibat, atau seharusnya dilibatkan dalam keputusan ini? Serta siapa aja yang memiliki kepentingan terhadap hasilnya?
-   Alternatif-alternatif lain apa saja yang tersedia untuk Anda? Serta Konsekuensi konsekuensi apa saja dari setiap alternatif tersebut?
-   Bagaimana pengaruh setiap alternatif tersebut terhadap orang-orang yang telah Anda identifikasi memiliki kepentingan terhadap hasilnya?
-   Dimanakah Anda mungkin mencari bimbingan tambahan untuk membantu Anda menyelesaikan dilema ini?

Sebuah Proses Pengambilan Keputusan untuk Etika
Hal yang dapat dilakukan saat Anda ingin menyelesaikan contoh kasus diatas atau bahkan mengalaminya sendiri adalah mengingat kembali tentang ethical decision making process, atau bisa disebut proses pengambilan keputusan yang etis. Pertama, mungkin Anda bertanya-tanya mengapa iPod tersebut bisa berada di lantai. Apakah benar benar hilang? Atau mungkin sengaja dibuang oleh pemilik sebelumnya. Bukankah fakta tersebut akan membuat sebuah perbedaan besar dalam penilaian etis yang akan Anda ambil? Atau misalnya orang yang menemukan iPod tersebut melihatnya terjatuh dari tas seseorang. Bukanlah hal itu akan membuat sebuah perbedaan dalam penilaian Anda terhadap orang itu?
Keputusan pertama yang harus diambil adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut. Memberikan upaya yang cukup untuk memahami situasi tersebut, membedakan fakta yang sebenarnya dari opini belaka, adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi atau bisa disebut perceptual differences adalah bagaimana seseorang mengalami dan memahami situasi dapat menjelaskan perdebatan etis. Mengetahui fakta-fakta dan meninjau secara cermat keadaannya akan memberikan kemudahan dalam memecahkan perselisihan pendapat pada tahap awal.
Sehubungan dengan pentingnya menentukan fakta-fakta, terdapat sebuah peran bagi ilmu pengetahuan dan alasan teoretis dalam setiap studi mengenai etika. Sebuah penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah penentuan etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang tidak dibuat berdasarkan fakta sebenarnya. Seorang yang bertindak sesuai dengan fakta yang ada dan pertimbangan yang cermat telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis.
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan etis yang bertanggung jawab mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahan sebagai keputusan atau permasalahan etis. Seseorang dapat dengan mudah tersesat karena gagal mengenali adanya komponen etis dalam sebagian keputusan. Mengindentifikasikan isu-isu etis yang terlibat merupakan langkah selanjutnya dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Kita perlu menyadari bahwa keputusan etis dan keputusan “ekonomi” atau “bisnis” tidaklah terpisah satu sama lain. Hanya karena sebuah keputusan diambil berdasarkan pertimbangan ekonomis tidak berarti bahwa hal itu tidak mempertimbangkan pertimbangan etis. Sensitifitas terhadap isu etis sangatlah penting sebagai karakteristik orang-orang yang bertanggung jawab secara etis. Selain sensitivitas, diperlukan juga pengetahuan tentang dampak dari keputusan yang kita buat terhadap kesejahteraan orang-orang yang terlibat. Sebuah keputusan dapat dikatakan sebagai keputusan etis jika dapat mempengaruhi kesejahteraan, kesehatan, harga diri, intergritas, kebebasan, serta rasa hormat dari orang-orang yang terlibat dengan keputusan tersebut.
Dalam konteks bisnis, sangatlah mudah untuk sangat terfokus dalam aspek finansial dari keputusan sehingga aspek etis sering kali luput dari pengamatan. Beberapa penulis menyebut ketidak mampuan seseorang dalam mengenali isu-isu etis ini sebagai Miopi normatif atau bisa disebut normative myopia yang berarti penglihatan sempit terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang ada.
Langkah ketiga dalam pengambilan keputusan yang etis melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan para pemegang kepentingan (stakeholders). Mempertimbangkan isu-isu dari berbagai sudut pandang orang lain membantu kita dalam membuat keputusan yang lebih masuk akal dan bertanggungjawab. Salah satu bentuk latihan untuk memikirkan dampak dari sebuah keputusan terhadap orang lain adalah dengan mengubah peran seseorang. Alih-alih menjadi orang yang menemukan iPod itu, apa pendapat Anda terhadap kasus ini jika Anda dalam posisi orang yang kehilangan barang itu? Bagaimana hal itu memengaruhi pemikiran Anda? Bagaimana pertimbangan Anda jika Anda adalah teman yang dimintai saran? Sebuah tradisi lama dalam etika filosofis menyatakan bahwa menguji legitimasi etis adalah dengan melihat apakah sebuah keputusan diterima dari sudut pandang semua pihak yang terlibat. Jika dari setiap sudut pandang pihak yang terlibat sebuah keputusan dianggap sah maka keputusan tersebut merupakan keputusan yang adil, independen, dan etis.
Kenyataan bahwa banyak keputusan bisnis melibatkan kepentingan berbagai pemegang kepentingan membantu kita memahami tantangan utama dalam pengambilan keputusan yang etis. Fakta bahwa terdapat banyak pandangan dan kepentingan yang dipertaruhkan disini berarti bahwa keputusan etis sering kali menjadi dilematis. Mengambil keputusan untuk keuntungan salah satu pihak sering kali berarti bahwa merugikan pihak yang lainnya. Setelah meninjau fakta-fakta, mengamati isu-isu etis yang terlibat, dan mengidentifikasi para pemegang kepentingan, kita perlu mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia. Kreativitas dalam mengidentifikasi pilihan-pilihan – yang disebut dengan imajinasi moral – adalah satu elemen yang membedakan antar orang baik yang mengambil keputusan etis dengan orang baik yang tidak melakukan hal tersebut. Penting untuk tidak hanya mempertimbangkan pilihan-pilihan dengan dilema tertentu, tetapi juga pilihan-pilihan yang hampir tidak terpikirkan yang mungkin tidak terlalu jelas terlihat saat pertama. Pada kasus menemukan iPod mungkin memutuskan untuk menyimpannya karena dia berpendapat bahwa kesempatan menemukan pemilik sebenarnya sangat kecil dan jika dia tidak menyimpannya, orang berikut yang akan menemukannya pasti akan menyimpan iPod itu. Orang lain mampu menemukan beberapa alternatif. Sebagai contoh, ia dapat datang lebih awal pada kelas dan melihat siapa yang duduk di kursi itu atau ia dapat dapat mencari tau siapa yang mengajar pada kelas sebelumnya dan meminta tolong pengajar untuk mengidentifikasi siapa pemilik iPod itu.
Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif – mengevaluasi dampak tiap alternatif yang telah Anda pikirkan terhadap masing-masing pemegang kepentingan yang telah Anda identifikasi. Mungkin cara yang paling mudah adalah dengan mencoba menempatkan seseorang dalam posisi orang lain, memahami sebuah situasi dari sudut pandang orang lain. Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk mengurangi, meminimalisasi, atau mengganti konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan manfaat. Dalam kasus iPod mahasiswa tersebut digambarkan memperhatikan keadaan sekelilingnya untuk mengecek apakah ada orang lain yang sadar akan temuannya itu. Apakah perilaku Anda akan berubah jika ada orang lain yang melihatnya? Maksud dari latihan ini adalah untuk menyadari bahwa keputusan yang penuh dengan tanggung jawab harus dapat dijelaskan dan dapat dibenarkan kepada seluruh pihak yang terlibat. Konsekuensi-konsekuensi atau pembenaran-pembenaran bukanlah satu-satunya cara dalam membandingkan alternatif. Beberapa alternatif mungkin mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut hak, kewajiban, dan prinsip yang mengesampingkan konsekuensi. Salah satu faktor tambahan dalam membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif mengharuskan adanya pertimbangan akan dampak dari sebuah keputusan terhadap integritas dan karakter kita sendiri. Memahami karakter kita dan nilai-nilai yang kita anut seharusnya dapat membantu dalam pengambilan keputusan.  Seseorang yang bertanggung jawab akan bertanya “kebiasaan macam apa yang akan saya bentuk ketika mengambil keputusan ini dibanding mengambil keputusan lainnya?”, “tipe budaya perusahaan seperti apa yang ingin saya bentuk?” pertanyaan semacam inilah yang diajukan dari dalam benak pemimpin bisnis yang etis. Orang yang jujur bahkan mungkin tidak akan berpikir untuk menyimpan iPod tersebut.
Setelah Anda menyelidiki semua variabel diatas, sekarang waktunya untuk membuat sebuah keputusan. Bagaimanapun juga, proses ini belum lengkap. Agar pengambilan keputusan kita dapat dipertanggungjawabkan, kita tidak dapat dengan sengaja mengakhiri proses ini, hanya dengan mengangkat tangan ketika sebuah keputusan sudah diambil. Namun, sebagai manusia kita memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Kemampuan tersebut membentuk sebuah tanggungjawab untuk kemudian mengevaluasi implikasi dari keputusan yang diambil, memantau dan belajar dari hasil, dan memodifikasi tindakan kita berdasar pengalaman tersebut ketika dihadapkan dengan tantangan serupa di masa depan.

Ketika Pengambilan Keputusan yang Etis Tidak Berjalan Baik : Mengapa Orang “Baik” Melakukan Tindakan yang “Buruk”?
Orang-orang yang berniat baik gagal mengambil keputusan yang bersifat etis. Apakah faktor-faktor yang menentukan perusahaan atau individu mana yang melakukan perbuatan etis atau tidak? Mengapa orang-orang yang kita anggap “baik” melakukan perbuatan “buruk”? hal ini tidak berarti bahwa keputusan atau tindakan tidak etis ini dapat dimaafkan, akan tetapi individu yang berperilaku tidak etis mungkin memiliki berbagai alasan atas tindakan tersebut. Pada akhirnya, banyak batu sandungan dalam pengambilan keputusan dan perilaku yang bertanggung jawab.
Beberapa batu sandungan terhadap tindakan yang bertanggung jawab bersifat kognitif atau intelektual. Sebagaimana model pengambilan keputusan etis yang telah dijelaskan sebelumnya, jenis ketidaktahuan tertentu dapat mengakibatkan keputusan yang tidak etis. Terkadang ketidaktahuan tersebut telah ditetapkan dan disengaja. Setelah Anda menemukan iPod, mungkin Anda akan berpikir bahwa tidak ada yang akan tahu, tidak ada yang akan dirugikan, dan pemilik yang sangat ceroboh itu layak untuk kehilangan iPodnya. Mungkin Anda akan berusaha memberikan alasan pada diri sendiri bahwa Anda hanya melakukan apa yang orang lain akan lakukan dalam kondisi seperti ini. Bahkan mungkin Anda akan memilih untuk tidak memikirkannya dan mencoba membuang rasa bersalah dari pikiran Anda.
Rintangan kognitif lainnya adalah bahwa terkadang kita hanya mempertimbangkan alternatif-alternatif yang terbatas. Ketika berhadapan dengan sebuah situasi yang memiliki dua alternatif pemecahan yang jelas, terkadang kita hanya mempertimbangkan dua jalan keluar yang jelas, melupakan kenyataan kemungkinan adanya alternatif lain. Setelah menemukan sebuah iPod yang hilang, mungkin Anda menyimpulkan bahwa jika Anda tidak mengambilnya, orang lain akan melakukannya. Karena pemilik yang asli akan tetap kehilangan iPod itu dalam kedua alternatif pemecahan kasus ini, maka akan lebih baik jika Anda mengambil manfaat dari kerugiannya daripada orang lain yang mendapatkannya. Pengambilan keputusan yang bertangung jawab mengharuskan kita untuk mendisiplinkan diri dalam menyelidiki metode tambahan dari pemecahan masalah.
Batu sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi berkaitan dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh John Grisham dalam bukunya, Rainmaker, “Setiap pengacara, paling tidak sekali dalam setiap kasus, pernah melewati garis batas yang sebenarnya tidak ingin dilewatinya. Itu terjadi begitu saja.” Terkadang lebih mudah untuk melakukan hal yang salah.
Sayangnya, kita tidak selalu dapat mempersiapkan batasan perilaku yang pantas sebelumnya, dan walaupun kita membuatnya, batasan ini tidak terlalu jelas. Seperti yang dinyatakan oleh Grisham, terkadang lebih mudah melakukan hal kecil yang melewati batas, dan selanjutnya akan menjadi lebih mudah, dan seterusnya seperti itu. Suatu waktu, Anda akan menyadari diri Anda sudah jauh melewati batas etis lebih dari yang pernah Anda pikirkan.
Terkadang orang-orang juga mengambil keputusan yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan sebaliknya. Tidak selalu mudah membuat keputusan yang benar ; mungkin Anda akan kehilangan penghasilan, pekerjaan, atau komponen berharga lain dalam kehidupan Anda.

Pengambilan Keputusan yang Etis dalam Peran Manajerial
Pada beberapa pokok pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa pengambilan keputusan seseorang dapat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial di mana keputusan itu diambil. Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadang konteks organisasi mempersulit kita untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim eksekutif.
Model pengambilan keputusan yang telah dijelaskan pada bab ini dikembangkan dari sudut pandang seseorang yang menemukan dirinya pada situasi tertentu. Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dari pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and professional decision making). Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan mengambil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis.   

Meninjau Kembali Kasus Pembuka. Apa yang Akan Dilakukan?
Untuk menerapkan model pengambilan keputusan dalam kasus iPod, pertama-tama kita akan mencoba menentukan fakta-fakta. Mengetahui iPod itu dapat berfungsi dengan baik akan menjadi bukti yang layak bahwa benda itu telah ditinggalkan dengan tidak sengaja, alih-alih dibuang dengan sengaja. Mengetahui harga iPod sebenarnya akan menjadi bukti bahwa benda itu bernilai tinggi dan bukanlah sesuatu yang mudah dibuang begitu saja. Biaya membeli iPod tersebut, sebagaimana pemahaman Anda terhadap harta benda pribadi, membuat jelas bahwa situasi ini menimbulkan isu etis berkaitan dengan hak, kebahagiaan, integritas pribadi, dan kejujuran.
Jelas sekali, kasus ini akan melibatkan dua pemegang kepentingan utama : pemilik yang sebenarnya dan Anda sendiri. Namun melalui proses berpikir, Anda dapat memahami bahwa keputusan apa pun yang akan Anda ambil akan memberikan dampak yang lebih luas. Orang-orang akan membicarakan iPod yang dicuri atau iPod yang dikembalikan, dan hal ini akan meningkatkan atau mencoreng budaya kampus atas kepercayaan dan kejujuran.
Dengan membayangkan diri Anda sebagai orang yang kehilangan iPod atau sebagai mahasiswa yang mungkin diadili dalam sebuah pemeriksaan yudisial kampus dapat memberikan suatu perspektif yang kemungkinan besar akan terabaikan andaikata Anda hanya memikirkan diri sendiri. Membayangkan akibat dari menyimpan iPod itu dan mendapati terbongkarnya fakta itu adalah langkah berguna lainnya. Bagaimana Anda mencoba membenarkan keputusan Anda kepada orang lain? Pertimbangkan berapa waktu yang diperlukan oleh seseorang yang mungkin harus bekerja sambil kuliah untuk mengumpulkan uang guna membeli iPod baru pun dapat memberikan perspektif yang penting lainnya. Terakhir, suatu pertimbangan mengenai itegritas pribadi akan mendorong Anda untuk memikirkan tipe orang yang menyimpan barang orang lain dan menanyakan diri sendiri apakah Anda adalah orang yyang seperti itu dan apakah Anda ingin menjadi seperti itu. Setelah mendapat pengetahuan mengenai langkah-langkah yang telah diberikan tadi, akan sulit untuk membayangkan seseorang dapat membenarkan keputusan untuk menyimpan iPod itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar