Bayangkan
Anda sebagai orang pertama yang memasuki kelas etika bisnis. Ketika Anda duduk,
Anda menemukan sebuah iPod di bawah kursi yang berdekatan dengan Anda. Kemudian
Anda mengambilnya dan menyalakannya. iPod itu berfungsi dengan baik, dan bahkan
memuat beberapa musik favorit Anda. Melihat sekeliling, Anda menyadari bahwa Anda
masih sendirian di ruangan itu dan tidak akan ada seorang pun yang akan tahu
jika Anda yang menyimpannya.
Karena
tidak dapat memutuskan dengan segera, dan melihat bahwa mahasiswa lainnya mulai
memasuki kelas, Anda menaruh iPod tersebut ke lantai di samping tas dan buku Anda.
Ketika kelas sudah dimulai, Anda menyadari bahwa Anda memiliki waktu sepanjang
seperkuliahan itu untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.
-
Apa yang akan Anda pikirkan ketika Anda duduk disana ?
-
Apa yang akan Anda lakukan ?
Sekarang
mari kita ubah skenarionya. Anda bukan menjadi yang menemukan iPod tersebut,
tetapi menjadi seorang teman yang duduk disamping orang tersebut. Ketika kelas
dimulai, teman Anda tersebut menceritakan apa yang terjadi, dan meminta saran Anda.
Pelajaran
kelas etika bisnis hari ini adalah Bab 2 dalam buku pelajaran Anda, yaitu Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan bagi
Intergritas Pribadi dan Keadilan Sosial.
Terakhir,
bayangkan Anda sebagai seorang perwakilan mahasiswa pada dewan yudisial di
kampus Anda. Mahasiswa yang menemukan iPod memutuskan untuk menyimpannya
belakangan dituduh mencuri. Bagaimana Anda membuat keputusan Anda?
- Fakta-fakta
utama apa saja yang harus Anda pertimbangkan sebelum membuat sebuah keputusan,
ketika Anda di dalam ketiga posisi tersebut?
- Apakah
ini adalah sebuah isu etis? Tepatnya aspek etis apa saja yang terlibat dalam
keputusan Anda?
- Siapa
saja yang terlibat, atau seharusnya dilibatkan dalam keputusan ini? Serta siapa
aja yang memiliki kepentingan terhadap hasilnya?
- Alternatif-alternatif
lain apa saja yang tersedia untuk Anda? Serta Konsekuensi konsekuensi apa saja
dari setiap alternatif tersebut?
- Bagaimana
pengaruh setiap alternatif tersebut terhadap orang-orang yang telah Anda identifikasi
memiliki kepentingan terhadap hasilnya?
- Dimanakah
Anda mungkin mencari bimbingan tambahan untuk membantu Anda menyelesaikan
dilema ini?
Sebuah
Proses Pengambilan Keputusan untuk Etika
Hal yang dapat dilakukan saat Anda ingin
menyelesaikan contoh kasus diatas atau bahkan mengalaminya sendiri adalah
mengingat kembali tentang ethical decision making process, atau bisa
disebut proses pengambilan keputusan yang etis. Pertama, mungkin Anda
bertanya-tanya mengapa iPod tersebut bisa berada di lantai. Apakah benar benar
hilang? Atau mungkin sengaja dibuang oleh pemilik sebelumnya. Bukankah fakta
tersebut akan membuat sebuah perbedaan besar dalam penilaian etis yang akan Anda
ambil? Atau misalnya orang yang menemukan iPod tersebut melihatnya terjatuh
dari tas seseorang. Bukanlah hal itu akan membuat sebuah perbedaan dalam
penilaian Anda terhadap orang itu?
Keputusan
pertama yang harus diambil adalah menentukan
fakta-fakta dalam situasi tersebut. Memberikan upaya yang cukup untuk
memahami situasi tersebut, membedakan fakta yang sebenarnya dari opini belaka,
adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi atau bisa disebut perceptual
differences adalah bagaimana seseorang mengalami dan memahami situasi dapat
menjelaskan perdebatan etis. Mengetahui fakta-fakta dan meninjau secara cermat
keadaannya akan memberikan kemudahan dalam memecahkan perselisihan pendapat
pada tahap awal.
Sehubungan
dengan pentingnya menentukan fakta-fakta, terdapat sebuah peran bagi ilmu
pengetahuan dan alasan teoretis dalam setiap studi mengenai etika. Sebuah
penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta
yang ada merupakan sebuah penentuan etis yang lebih masuk akal daripada
penilaian yang tidak dibuat berdasarkan fakta sebenarnya. Seorang yang
bertindak sesuai dengan fakta yang ada dan pertimbangan yang cermat telah
bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis.
Langkah
kedua dalam pengambilan keputusan etis yang bertanggung jawab mensyaratkan
kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahan sebagai keputusan
atau permasalahan etis. Seseorang dapat dengan mudah tersesat karena gagal
mengenali adanya komponen etis dalam sebagian keputusan. Mengindentifikasikan isu-isu etis yang
terlibat merupakan langkah selanjutnya dalam membuat keputusan yang
bertanggung jawab.
Kita
perlu menyadari bahwa keputusan etis dan keputusan “ekonomi” atau “bisnis”
tidaklah terpisah satu sama lain. Hanya karena sebuah keputusan diambil
berdasarkan pertimbangan ekonomis tidak berarti bahwa hal itu tidak
mempertimbangkan pertimbangan etis. Sensitifitas terhadap isu etis sangatlah penting
sebagai karakteristik orang-orang yang bertanggung jawab secara etis. Selain
sensitivitas, diperlukan juga pengetahuan tentang dampak dari keputusan yang
kita buat terhadap kesejahteraan orang-orang yang terlibat. Sebuah keputusan
dapat dikatakan sebagai keputusan etis jika dapat mempengaruhi kesejahteraan,
kesehatan, harga diri, intergritas, kebebasan, serta rasa hormat dari orang-orang
yang terlibat dengan keputusan tersebut.
Dalam
konteks bisnis, sangatlah mudah untuk sangat terfokus dalam aspek finansial
dari keputusan sehingga aspek etis sering kali luput dari pengamatan. Beberapa
penulis menyebut ketidak mampuan seseorang dalam mengenali isu-isu etis ini
sebagai Miopi normatif atau bisa disebut normative myopia yang
berarti penglihatan sempit terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang ada.
Langkah ketiga dalam pengambilan keputusan yang etis
melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk mengidentifikasi dan
mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang
ini biasa disebut dengan para pemegang kepentingan (stakeholders).
Mempertimbangkan isu-isu dari berbagai sudut pandang orang lain membantu kita
dalam membuat keputusan yang lebih masuk akal dan bertanggungjawab. Salah satu
bentuk latihan untuk memikirkan dampak dari sebuah keputusan terhadap orang
lain adalah dengan mengubah peran seseorang. Alih-alih menjadi orang yang
menemukan iPod itu, apa pendapat Anda terhadap kasus ini jika Anda dalam posisi
orang yang kehilangan barang itu? Bagaimana hal itu memengaruhi pemikiran Anda?
Bagaimana pertimbangan Anda jika Anda adalah teman yang dimintai saran? Sebuah
tradisi lama dalam etika filosofis menyatakan bahwa menguji legitimasi etis
adalah dengan melihat apakah sebuah keputusan diterima dari sudut pandang semua
pihak yang terlibat. Jika dari setiap sudut pandang pihak yang terlibat sebuah
keputusan dianggap sah maka keputusan tersebut merupakan keputusan yang adil,
independen, dan etis.
Kenyataan bahwa banyak keputusan bisnis melibatkan
kepentingan berbagai pemegang kepentingan membantu kita memahami tantangan
utama dalam pengambilan keputusan yang etis. Fakta bahwa terdapat banyak
pandangan dan kepentingan yang dipertaruhkan disini berarti bahwa keputusan
etis sering kali menjadi dilematis. Mengambil keputusan untuk keuntungan salah
satu pihak sering kali berarti bahwa merugikan pihak yang lainnya. Setelah
meninjau fakta-fakta, mengamati isu-isu etis yang terlibat, dan
mengidentifikasi para pemegang kepentingan, kita perlu mempertimbangkan
alternatif-alternatif yang tersedia. Kreativitas dalam mengidentifikasi
pilihan-pilihan – yang disebut dengan imajinasi moral – adalah satu elemen yang
membedakan antar orang baik yang mengambil keputusan etis dengan orang baik
yang tidak melakukan hal tersebut. Penting untuk tidak hanya mempertimbangkan
pilihan-pilihan dengan dilema tertentu, tetapi juga pilihan-pilihan yang hampir
tidak terpikirkan yang mungkin tidak terlalu jelas terlihat saat pertama. Pada
kasus menemukan iPod mungkin memutuskan untuk menyimpannya karena dia
berpendapat bahwa kesempatan menemukan pemilik sebenarnya sangat kecil dan jika
dia tidak menyimpannya, orang berikut yang akan menemukannya pasti akan
menyimpan iPod itu. Orang lain mampu menemukan beberapa alternatif. Sebagai
contoh, ia dapat datang lebih awal pada kelas dan melihat siapa yang duduk di
kursi itu atau ia dapat dapat mencari tau siapa yang mengajar pada kelas
sebelumnya dan meminta tolong pengajar untuk mengidentifikasi siapa pemilik
iPod itu.
Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan
keputusan adalah membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif –
mengevaluasi dampak tiap alternatif yang telah Anda pikirkan terhadap
masing-masing pemegang kepentingan yang telah Anda identifikasi. Mungkin cara
yang paling mudah adalah dengan mencoba menempatkan seseorang dalam posisi
orang lain, memahami sebuah situasi dari sudut pandang orang lain. Sebuah
elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk mengurangi,
meminimalisasi, atau mengganti konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan
manfaat. Dalam kasus iPod mahasiswa tersebut digambarkan memperhatikan keadaan
sekelilingnya untuk mengecek apakah ada orang lain yang sadar akan temuannya
itu. Apakah perilaku Anda akan berubah jika ada orang lain yang melihatnya?
Maksud dari latihan ini adalah untuk menyadari bahwa keputusan yang penuh
dengan tanggung jawab harus dapat dijelaskan dan dapat dibenarkan kepada
seluruh pihak yang terlibat. Konsekuensi-konsekuensi atau pembenaran-pembenaran
bukanlah satu-satunya cara dalam membandingkan alternatif. Beberapa alternatif
mungkin mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut hak, kewajiban, dan prinsip
yang mengesampingkan konsekuensi. Salah satu faktor tambahan dalam
membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif mengharuskan adanya
pertimbangan akan dampak dari sebuah keputusan terhadap integritas dan karakter
kita sendiri. Memahami karakter kita dan nilai-nilai yang kita anut seharusnya
dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
Seseorang yang bertanggung jawab akan bertanya “kebiasaan macam apa yang
akan saya bentuk ketika mengambil keputusan ini dibanding mengambil keputusan
lainnya?”, “tipe budaya perusahaan seperti apa yang ingin saya bentuk?” pertanyaan
semacam inilah yang diajukan dari dalam benak pemimpin bisnis yang etis. Orang
yang jujur bahkan mungkin tidak akan berpikir untuk menyimpan iPod tersebut.
Setelah Anda menyelidiki semua variabel diatas,
sekarang waktunya untuk membuat sebuah keputusan. Bagaimanapun juga, proses ini
belum lengkap. Agar pengambilan keputusan kita dapat dipertanggungjawabkan,
kita tidak dapat dengan sengaja mengakhiri proses ini, hanya dengan mengangkat
tangan ketika sebuah keputusan sudah diambil. Namun, sebagai manusia kita
memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Kemampuan tersebut membentuk
sebuah tanggungjawab untuk kemudian mengevaluasi implikasi dari keputusan yang
diambil, memantau dan belajar dari hasil, dan memodifikasi tindakan kita
berdasar pengalaman tersebut ketika dihadapkan dengan tantangan serupa di masa
depan.
Ketika
Pengambilan Keputusan yang Etis Tidak Berjalan Baik : Mengapa Orang “Baik”
Melakukan Tindakan yang “Buruk”?
Orang-orang
yang berniat baik gagal mengambil keputusan yang bersifat etis. Apakah
faktor-faktor yang menentukan perusahaan atau individu mana yang melakukan
perbuatan etis atau tidak? Mengapa orang-orang yang kita anggap “baik”
melakukan perbuatan “buruk”? hal ini tidak berarti bahwa keputusan atau
tindakan tidak etis ini dapat dimaafkan, akan tetapi individu yang berperilaku
tidak etis mungkin memiliki berbagai alasan atas tindakan tersebut. Pada
akhirnya, banyak batu sandungan dalam pengambilan keputusan dan perilaku yang
bertanggung jawab.
Beberapa
batu sandungan terhadap tindakan yang bertanggung jawab bersifat kognitif atau
intelektual. Sebagaimana model pengambilan keputusan etis yang telah dijelaskan
sebelumnya, jenis ketidaktahuan tertentu dapat mengakibatkan keputusan yang
tidak etis. Terkadang ketidaktahuan tersebut telah ditetapkan dan disengaja.
Setelah Anda menemukan iPod, mungkin Anda akan berpikir bahwa tidak ada yang
akan tahu, tidak ada yang akan dirugikan, dan pemilik yang sangat ceroboh itu
layak untuk kehilangan iPodnya. Mungkin Anda akan berusaha memberikan alasan
pada diri sendiri bahwa Anda hanya melakukan apa yang orang lain akan lakukan
dalam kondisi seperti ini. Bahkan mungkin Anda akan memilih untuk tidak
memikirkannya dan mencoba membuang rasa bersalah dari pikiran Anda.
Rintangan
kognitif lainnya adalah bahwa terkadang kita hanya mempertimbangkan
alternatif-alternatif yang terbatas. Ketika berhadapan dengan sebuah situasi
yang memiliki dua alternatif pemecahan yang jelas, terkadang kita hanya
mempertimbangkan dua jalan keluar yang jelas, melupakan kenyataan kemungkinan
adanya alternatif lain. Setelah menemukan sebuah iPod yang hilang, mungkin Anda
menyimpulkan bahwa jika Anda tidak mengambilnya, orang lain akan melakukannya.
Karena pemilik yang asli akan tetap kehilangan iPod itu dalam kedua alternatif
pemecahan kasus ini, maka akan lebih baik jika Anda mengambil manfaat dari
kerugiannya daripada orang lain yang mendapatkannya. Pengambilan keputusan yang
bertangung jawab mengharuskan kita untuk mendisiplinkan diri dalam menyelidiki
metode tambahan dari pemecahan masalah.
Batu
sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi
berkaitan dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh John Grisham dalam bukunya, Rainmaker, “Setiap pengacara, paling tidak
sekali dalam setiap kasus, pernah melewati garis batas yang sebenarnya tidak
ingin dilewatinya. Itu terjadi begitu saja.” Terkadang lebih mudah untuk
melakukan hal yang salah.
Sayangnya,
kita tidak selalu dapat mempersiapkan batasan perilaku yang pantas sebelumnya,
dan walaupun kita membuatnya, batasan ini tidak terlalu jelas. Seperti yang
dinyatakan oleh Grisham, terkadang lebih mudah melakukan hal kecil yang
melewati batas, dan selanjutnya akan menjadi lebih mudah, dan seterusnya
seperti itu. Suatu waktu, Anda akan menyadari diri Anda sudah jauh melewati
batas etis lebih dari yang pernah Anda pikirkan.
Terkadang
orang-orang juga mengambil keputusan yang belakangan mereka sesali karena
mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan sebaliknya. Tidak selalu
mudah membuat keputusan yang benar ; mungkin Anda akan kehilangan penghasilan,
pekerjaan, atau komponen berharga lain dalam kehidupan Anda.
Pengambilan
Keputusan yang Etis dalam Peran Manajerial
Pada
beberapa pokok pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa pengambilan
keputusan seseorang dapat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial di mana
keputusan itu diambil. Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit
kita untuk bertindak sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis,
terkadang konteks organisasi mempersulit kita untuk bertindak secara etis
bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit orang
yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang
dapat mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada
manajemen bisnis dan tim eksekutif.
Model
pengambilan keputusan yang telah dijelaskan pada bab ini dikembangkan dari
sudut pandang seseorang yang menemukan dirinya pada situasi tertentu. Dalam
situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dari pengambilan keputusan pribadi dan
profesional (personal and
professional decision making). Dalam konteks bisnis, para individu mengisi
peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif senior, dan anggota dewan. Para
manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan untuk menciptakan dan
membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan mengambil keputusan. Oleh
karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan
organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis.
Meninjau
Kembali Kasus Pembuka. Apa yang Akan Dilakukan?
Untuk
menerapkan model pengambilan keputusan dalam kasus iPod, pertama-tama kita akan
mencoba menentukan fakta-fakta. Mengetahui iPod itu dapat berfungsi dengan baik
akan menjadi bukti yang layak bahwa benda itu telah ditinggalkan dengan tidak
sengaja, alih-alih dibuang dengan sengaja. Mengetahui harga iPod sebenarnya
akan menjadi bukti bahwa benda itu bernilai tinggi dan bukanlah sesuatu yang
mudah dibuang begitu saja. Biaya membeli iPod tersebut, sebagaimana pemahaman
Anda terhadap harta benda pribadi, membuat jelas bahwa situasi ini menimbulkan
isu etis berkaitan dengan hak, kebahagiaan, integritas pribadi, dan kejujuran.
Jelas
sekali, kasus ini akan melibatkan dua pemegang kepentingan utama : pemilik yang
sebenarnya dan Anda sendiri. Namun melalui proses berpikir, Anda dapat memahami
bahwa keputusan apa pun yang akan Anda ambil akan memberikan dampak yang lebih
luas. Orang-orang akan membicarakan iPod yang dicuri atau iPod yang
dikembalikan, dan hal ini akan meningkatkan atau mencoreng budaya kampus atas
kepercayaan dan kejujuran.
Dengan membayangkan
diri Anda sebagai orang yang kehilangan iPod atau sebagai mahasiswa yang
mungkin diadili dalam sebuah pemeriksaan yudisial kampus dapat memberikan suatu
perspektif yang kemungkinan besar akan terabaikan andaikata Anda hanya
memikirkan diri sendiri. Membayangkan akibat dari menyimpan iPod itu dan
mendapati terbongkarnya fakta itu adalah langkah berguna lainnya. Bagaimana
Anda mencoba membenarkan keputusan Anda kepada orang lain? Pertimbangkan berapa
waktu yang diperlukan oleh seseorang yang mungkin harus bekerja sambil kuliah
untuk mengumpulkan uang guna membeli iPod baru pun dapat memberikan perspektif
yang penting lainnya. Terakhir, suatu pertimbangan mengenai itegritas pribadi
akan mendorong Anda untuk memikirkan tipe orang yang menyimpan barang orang
lain dan menanyakan diri sendiri apakah Anda adalah orang yyang seperti itu dan
apakah Anda ingin menjadi seperti itu. Setelah mendapat pengetahuan mengenai
langkah-langkah yang telah diberikan tadi, akan sulit untuk membayangkan
seseorang dapat membenarkan keputusan untuk menyimpan iPod itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar