Etika
merupakan cara berpikir mengenai perilaku manusia di bawah pangkal tolak
pandangan baik dan buruk atau benar dan salah dari norma-norma dan nilai-nilai,
pertanggungjawaban dan pilihan.Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan yang
sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan
organisasi.
Etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Hal ini berarti etika berkaitan
dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan
segala kebiasan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau
dari satu generasi ke generasi yang lainnya.
Etika
dalam pengertian kedua dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional
mengenai :
1.
Nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia harus hidup baik
sebagai
manusia.
2.
Masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan
diri pada nilai dan norma-norma moral
yang umum diterima.
Menurut Magnis
Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan ajaran, yang menurutnya
adalah etika dalam pengertian kedua. Sebagai ilmu yang terutama
menitik-beratkan refleksi kritis dan rasional, etika dalam kedua ini
mempersoalkan apakah nilai dan norma moral tertentu harus dilaksanakan dalam situasi
konkret tertentu yang dihadapai seseorang. Sehingga , etika membutuhkan
evaluasi kritis atas semua seluruh situasi yang terkait.
Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM (sumber daya
manusia) merupakan suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup
karyawan, pegawai, buruh, manajer dan
tenaga kerja lainnya, untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau
perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut A.F. Stoner, manajemen SDM merupakan suatu
prosedur yang berkelanjutan, yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan
jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Fungsi operasional dalam Manajemen SDM
merupakan dasar pelaksanaan proses MSDM yang efisien dan efektif dalam
pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.Fungsi
operasional tersebut terbagi lima, secara singkat sebagai berikut:
1.
Fungsi Pengadaan, yaitu proses penarikan
seleksi,penempatan,orientasi,dan induksi untuk mendapatkan karyawan
yang sesuai kebutuhan perusahaan (the right man in the right place).
2.
Fungsi Pengembangan, yaitu proses
peningkatan ketrampilan teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan melalui
pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
masa kini maupun masa depan.
3.
Fungsi Kompensasi, yaitu pemberian balas
jasa langsung dan tidak lansung berbentuk uang atau barang kepada karyawan
sebagai imbal jasa (output) yang diberikannya kepada perusahaan.
Prinsip kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab
karyawan tersebut.
4.
Fungsi Pengintegrasian, yaitu kegiatan
untuk mempersatukan kepentingan perusahaan
dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan saling
menguntungkan. Dimana pengintegrasian
adalah hal yang penting dan sulit dalam Manajemen SDM, karena mempersatukan dua
aspirasi/kepentingan yang bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.
5.
Fungsi Pemeliharaan, yaitu kegiatan
untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan
agar tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
.
Manajemen SDM mempunyai kewajiban untuk
memahami perubahan yang semakin komplek yang selalu terjadi di lingkungan
bisnis.Ia juga harus mengantisipasi perubahan teknologi, dan memahami dimensi
internasional yang mulai memasuki bisnis, akibat informasi yang berkembang
cepat.
Pengertian Etika dan
Manajemen Sumber Daya Manusia
Berdasarkan uraian pengertian etika dan
manajemen sumber daya manusia maka etika manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip etika
tehadap hubungan dengan sumber daya manusia dan kegiataannya.
Isu-isu
Etis Ditempat Kerja Saat Ini
Etika di tempat kerja
dan dalam MSDM adalah tentang hubungan
kita dengan orang lain dan dengan organisasi kita. Penelitian membuktikan bahwa
“perusahaan yang menempatkan karyawan pada inti dari strateginya menghasilkan
pengembalian jangka panjang yang lebih tinggi bagi para pemegang saham daripada
perusahaan lainnya dalam industri yang sama”. Sebuah penelitian atas tinjauan
yang komprehensif oleh Jeffrey Pfeffer menyarankan bahwa perusahaan yang
efektif dicirikan oleh seperangkat praktek yang umum, yang kesemuanya
melibatkan perlakuan karyawan secara manusiawi dan dengan cara-cara terhormat.
Sebagai contoh dari keprihatinan ini,
pertimbangkanlah peran emosi di tempat kerja. Walaupun ini merupakan wilayah
yang relatif baru dalam penelitian,studi menyatakan bahwa manajer dapat
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap emosi pekerjanya, dan dampak ini
memberi pengaruh yang sangat besar pada produktivitas dan loyalitas.
Ketika karyawan merasakan bahwa perusahaan
menghargai emosi mereka, dan juga menampilkan nilai-nilai seperti kejujuran,
penghargaan, dan kepercayaan, mereka tidak akan terlalu merasa tertekan dalam
bekerja.
Mendefinisikan
Parameter dari Hubungan Kerja
Due
Proses dan Penyebab yang Sah
Jaminan
pekerjaan atau mendapatkan dan mempertahankan sebuah pekerjaan mungkin adalah
aspek yang paling signifikan dari perspektif karyawan.Due process di tempat kerja mengakui wewenang pemberi kerja
terhadap karyawan.Namun, keadilan dasar yang diimplementasikan melalui due process menuntut agar kekuasaan ini
digunakan secara adil.
Isu due process juga muncul dalam konteks
pekerjaan lainnya.Karyawaan secara konstan disupervisi dan dievaluasi di tempat
kerja, dan promosi dipakai juga untuk memotivasi karyawan.Jadi, diperlakukan
secara adil di tempat kerja juga melibatkan keadilan dalam hal-hal seperti
promosi, gaji, tunjangan, dan lain-lain.Karena keputusan ini biasanya dibuat
berdasarkan penilaian kinerja, hak due
process seharusnya juga diperluas sampai aspek tempat kerja ini.
Perampingan
Perampingan
merupakan tindakan pemberhentian karyawan besar-besaran yang dilakukan oleh
suatu perusahaan yang sedang dalam kondisi kesulitan finansial.Padahal dampak
dari perampingan ini justru menimbulkan kesulitan etis, karena pada dasarnya
terdapat berbagai alternatif-alternatif yang bisa dilakukan oleh perusahaan
tanpa harus melakukan perampingan. Seperti yang dikatakan oleh John Challenger
kita dapat membuat pilihan yang terkait dengan mempertimbangkan berbagai
faktor-faktor untuk menjalankan proses, antara lain : perencanaan, penetapan
waktu, pemberitahuan, dampak (bagi yang diberhentikan ataupun yang tetap
bekerja), dan persepsi para pemegang kepentingan. Selain itu, perusahaan
seharusnya memberi tahukan keadaan ekonomi perusahaan agar karyawan dapat
mengetahui dan tidak merasa terkejut saat terjadi pemberhentian. Saat mengalami
masa surut seperti ini, penting bagi perusahaan untuk jujur dan berterus
terang, serta memiliki kepekaan atas apa yang dialami orang-orang yang akan
terpengaruh dari keputusan ini.
Dalam
sebuah perusahaan yang berada dalam kesulitan seperti ini harus menjauhi
diskriminasi gender, karena jika hal ini dilakukan akan berdampak negatif dan
sangat signifikan terhadap karyawan. Menurut John Rawls, kemungkinan besar Anda
akan mencapai sebuah keputusan yang relatif adil untuk semua yang terkena
dampaknya.
Kesehatan
dan Keselamatan
Pembahasan
berikut ini mengeksplorasi sebuah tanggung jawab khusus yaitu peran pemberi
kerja dalam melindungi kesehatan dan keselamatan karyawan di tempat kerja.
Dalam hal ini, berapa nilai dari kesehatan dan apa yang dimaksud sehat? Kapan
sebuah tempat kerja dinyatakan
aman? Kapan tidak aman? Jika “sehat” dinyatakan sebagai keadaan fisik yang
sempurna dan sehat secara psikologis, kemungkinan besar tidak akan ada orang
yang sehat secara sempurna. Jika “aman” berarti benar-benar bebas dari segala
resiko, tentunya tidak akan ada tempat kerja yang aman secara sempurna. Jika
kesehatan dan keselamatan diinterpretasikan secara ideal, yang tidak mungkin
diwujudkan, maka tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa karyawan memiliki hak
akan tempat kerja yang aman dan sehat.
Kesehatan
dan Keselamatan sebagai Risiko yang dapat Diterima
Dalam
pembahasan ini, “risiko” dapat didefinisikan sebagai probabilitas dari bahaya,
dan kita menetapkan “risiko relatif” dengan membandingkan probabilitas bahaya
yang terkait dalam berbagai kegiatan. Para
ilmuan yang mengumpulkan dan mungukur data dapat menetapkan risiko dan risiko
relatif.
Kesehatan
dan Keselamatan sebagai Hal yang Dikendalikan oleh Pasar
Dalam
sebuah perusahaan, pembela pasar bebas dan model klasik tanggung jawab sosial
perusahaan, akan lebih memilih tawar-menawar individual antara pemberi kerja
dan karyawan sebagai pendekatan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
Tentunya karyawan memiliki kebebasan untuk memilih risiko apa yang akan mereka
hadapi. Karyawan akan bersedia memutuskan risiko apa saja berdasarkan tuntutan
upah yang akan diterima. Mereka yang memilih standar kesehatan dan keselamatan
yang lebih tinggi akan memperoleh upah yang lebih rendah, sebaliknya jika
mereka memilih menanggung risiko lebih tinggi mereka akan mendapatkan upah yang
lebih tinggi. Hal ini tentunya akan menghasilkan distribusi keselamatan dan
penghasilan yang optimal. Ancaman kompensasi juga berlaku sebagai intensif bagi
pemberi kerja untuk memelihara tempat kerja yang keamanan dan kesehatannya
memadai. Dengan begitu, apakah etis bagi perusahaan untuk mengalihdayakan
pekerjaannya yang paling berbahaya ke negara-negara di mana tenaga kerjanya
bersedia menerima upah yang rendah untuk kondisi kerja yang tidak aman?.
Jika
seseorang mengikuti rekomendasi berdasarkan pasar untuk mengalokasikan tempat
kerja yang berisiko berdasarkan pada distribusi risiko dan manfaat yang
optimal, kita dapat menyimpulkan bahwa, dari perspektif bisnis, pekerjaan yang
berbahaya seharusnya diekspor ke wilayah-wilayah di mana upahnya rendah dan
pekerja lebih bersedia menerima kondisi pekerjaan yang lebih berisiko.
Kerusakan yang disebabkan oleh pekerjaan yang berbahaya, dalam hal penghasilan
yang hilang, lebih rendah di wilayah dengan tingkat upah yang lebih rendah dan
harapan hidup yang lebih pendek.Manfaat menyediakan pekerjaan di wilayah dengan
tingkat pengangguran yang tinggi juga lebih besar dibanding manfaat menyediakan
pekerjaan tersebut di daerah dengan tingkat pengangguran yang rendah.
Kesehatan
dan Keselamatan Etika yang Diatur oleh Pemerintah
Sebagai
tanggapan atas keprihatinan ini, peraturan pemerintah tentang kesehatan dan
keselamatan kerja (k3) tampak lebih sesuai dari perspektif etis.Peraturan ini
menjawab sebagian besar masalah yang ditimbulkan strategi pasar.Standar ini
dapat ditetapkan berdasarkan pengetahuan ilmiah terbaik yang tersedia sehingga
dapat mengatasi kegagalan pasar yang dihasilkan oleh informasi yang kurang
memadai.Standar ini mencegah karyawan untuk berhadapan dengan pilihan yang pada
dasarnya bersifat memaksa antara pekerja dan keselamatan.Standar ini juga
menjawab masalah generasi pertama dengan berfokus pada pencegahan alih-alih
kompensasi setelah fakta terungkap.Selanjutnya, standar ini pada dasarnya
merupakan sebuah pendekatan sosial yang dapat menjawab pertanyaan mengenai
kebijakan publik yang diabaikan oleh pasar.
Penggunaan
analisis biaya-manfaat dalam menetapkan standar K3 memberikan komitmen kepada
kita untuk memperlakukan kesehatan dan keselamatan karyawan hanya seperti
sebuah komoditas, sebuah preferensi individual, untuk di-tradeoff dengan komoditas lainnya yang bersaing.Analisis
biaya-manfaat memperlakukan kesehatan dan keselamatan sebagai nilai instrumental
dan mengabaikan nilai intrinsiknya.
Baca Juga : Etika dan Manajemen Sumber Daya Manusia (II/II)
Baca Juga : Etika dan Manajemen Sumber Daya Manusia (II/II)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar