A.
Definisi
Strategi
Strategi adalah sekumpulan pilihan
kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi
sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan
memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal
berkelanjutan sebagai arah cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan
yang ideal dari individu atau organsasi.
B.
Pentingnya Penerapan Strategi bagi Perusahaan
Banyak sekali arti
penting dan manfaat mempelajari strategi perusahaan, antara lain:
1. Strategi merupakan
cara untuk mengantisipasi masalah-masalah dan kesempatan-kesempatan masa depan
pada kondisi perusahaan yang berubah dengan cepat.
2. Strategi dapat
memberikan tujuan dan arah perusahaan di masa depan dengan jelas kepada semua
karyawan.
3. Pada saat ini,
strategi banyak dipraktekkan di dalam industri karena membuat tugas para
eksekutif puncak menjadi lebih mudah dan kurang berisiko.
4. Strategi adalah
kacamata yang bermanfaat unutk memonitor apa yang dikerjakan dan terjadi di
dalam perusahaan, dapat memberikan sumbangan terhadap kesuksesan perusahaan
atau malahan mengarah kepada kegagalan.
5. Memberikan informasi
kepada manajemen puncak di dalam merumuskan tujuan akhir
dari perusahaan dengan memperhatikan etika masyarakat dan lingkungannya.
6. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi dapat membantu praktek-praktek manajer.
7. Perusahaan menyusun
strategi umumnya lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
menyusun strategi.
C.
Definisi
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu
pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu
agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Pendekatan Etika Bisnis dalam Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan, manajer sering menempatkan pendekatan normatif.
Tetapi pendekatan normative saja tidak cukup,
oleh karena itu,
untuk membuat suatu keputusan menjadi jauh lebih aspiratif maka dibuatlah berbagai bentuk pendekatan lainnya seperti :
1.
Pendekatan Manfaat
Pendekatan ini menyatakan bahwa perilaku-perilaku
moral harus menghasilkan kebaikan terbesar bagi kelompok mayoritas. Keputusan dalam pendekatan manfaat maksudnya keputusan yang diambil berdasarkan mana yang lebih tinggi nilai manfaatnya dari dua atau lebih keputusan
yang diambil.
2.
Pendekatan Individualisme
Pendekatan
individualisme
adalah konsep etika yang menyatakan tindakan bermoral jika mendukung kepentingan jangka pandang individu. Keputusan jangka panjang hanya dipahami oleh mereka yang
memiliki pemahaman dan pandangan jangka panjang.
Manajer yang sukses adalah manajer yang mampu berpikir jauh ke depan.
3.
Pendekatan Hak-Hak Moral
Pendekatan ini memandang bahwa keputusan-keputusan moral adalah keputusan yang tidak melanggar hak asasi dari mereka yang dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tersebut.
Pendekatan ini menekankan pada menghargai hak asasi manusia sebagai landasan berpikir dalam pengambilan keputusan.
4.
Pendekatan Keadilan
Pendakatan ini menyatakan bahwa keputusan-keputusan moral harus didasarkan pada standar, keadilan, kewajaran, dan tidak memihak.
D.
Definisi
Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang
seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika seseorang
mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal,
kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
E.
Aspek-Aspek
Akuntabilitas
1.
Akuntabilitas
adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan
yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi
dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggung jawab memberikan
arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggung
jawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas,
hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggung jawab antara kedua
belah pihak.
2.
Akuntabilitas
berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented )
Hasil
yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk
memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3.
Akuntabilitas
membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting )
Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh
individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari
hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang
didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)
4.
Akuntabilitas
memerlukan konsekuensi (Accountability
is meaningless without consequences)
Akuntabilitas
adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab
menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan
atau sanksi.
5.
Akuntabilitas
memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan
utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat
proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai
sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi
kinerja. Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan
berfokus peningkatan kinerja.
F.
Pentingnya
Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar
bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi sebagai
suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan
kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan
berbeda- beda. Contoh, danya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS
yang menjadi kebiasaan (“how things are done around here”) dapat mempengaruhi
perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang
berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS
atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak
pada pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja
buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan
masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap,
dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan
berintegritas.
G. Tingkatan dalam Akuntabilitas
Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder:
1. Akuntabilitas
Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas
personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti
kejujuran, integritas, moral dan etika. Pertanyaan yang digunakan untuk
mengidentifikasi apakah seseorang memiliki akuntabilitas personal antara lain
“Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki situasi dan membuat perbedaan?”.
Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari
solusi dan bukan masalah.
2.
Akuntabilitas
Individu
Akuntabilitas
individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan
bertanggung jawab untuk memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber
daya serta menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur
negara bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya. Pertanyaan penting
yang digunakan untuk melihat tingkat akuntabilitas individu seorang PNS adalah
apakah individu mampu untuk mengatakan “Ini adalah tindakan yang telah saya
lakukan,dan ini adalah apa yang akan saya lakukan untuk membuatnya menjadi
lebih baik”.
3.
Akuntabilitas
Kelompok
Kinerja
sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal ini
tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam kaitannya dengan
akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang
tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan
peranan yang penting dalam terjadinya kinerja yang di harapkan
4.
Akuntabilitas
Organisasi
Akuntabilitas
organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik
pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun
kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5.
Akuntabilitas
Stakeholder
Stakeholder yang
dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak
yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi
akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah
untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
H.
Menciptakan
Lingkungan Kerja yang Akuntabel
·
Kepemimpinan
Lingkungan
yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan
yang penting dalam menciptakan lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan yang
akuntabel dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by
example), adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga
memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula,
terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu
hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan adanya
saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi
·
Transparansi
Tujuan dari adanya
transparansi adalah
o
Mendorong komunikasi yang lebih besar
dan kerjasama antara kelompok internal dan eksternal;
o
Memberikan perlindungan terhadap
pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan
o
Meningkatkan akuntabilitas dalam
keputusan-keputusan;d. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada
pimpinan secara keseluruhan
·
Integritas
Dengan
adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-undang, kontrak, kebijakan, dan
peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat
memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders
·
Tanggungjawab
(Responsibilitas)
Responsibilitas
institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban bagi setiap
individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan
yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas
keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas
perorangan dan responsibilitas institusi
o
Responsibiltas
Perseorangan:
§ Adanya
pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan tindakan yang telah
dilakukan
§ Adanya
pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan
§ Adanya
keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
o
Responsibilitas
Institusi:
§ Adanya
perlindungan terhadap publik dan sumber daya
§ Adanya
pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan
§ Adanya
penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai dengan kompetensinya
§ Adanya
kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan fungsinya untuk melindungi
sumber daya organisasi
·
Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan
harus dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan
kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
·
Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan
ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
·
Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus
dapat menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Adanya
peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan kewenangan sesuai
kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja
yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian (skill) yang dimiliki
·
Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus memiliki gambaran yang jelas
tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan demikian,
fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab,
misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan
kinerja baik individu maupun organisasi
·
Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten
dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap
tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen
dan kredibilitas anggota organisasi.
I.
Langkah-Langkah
yang Harus Dilakukan dalam Menciptakan Framework Akuntabilitas
Berikut
adalah 5 langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di
lingkungan kerja
1.
Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan melalui penentuan tujuan dari rencana strategis
organisasi, mengembangkan indikator, ukuran dan tujuan kinerja, dan
mengidentifikasi peran dan tanggung jawab setiap individu dalam organisasi.
2.
Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Cara
ini dapat dilakukan melalui identifikasi program atau kebijakan yang perlu
dilakukan, siapa yang bertanggung jawab, kapan akan dilaksanakannya dan biaya
yang dibutuhkan. Selain itu, perlu dilakukannya identifikasi terhadap
sumberdaya yang dimiliki organisasi serta konsekuensinya, apabila program atau
kebijakan tersebut berhasil atau gagal untuk dilakukan
3.
Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai. Hal tersebut
penting dilakukan untuk mengetahui hambatan dari impelementasi kebijakan atau
program yang telah dilakukan
4.
Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu. Hal
ini perlu dilakukan sebagai wujud untuk menjalankan akuntabilitas dalam
menyediakan dokumentasi dengan komunikasi yang benar serta mudah dipahami
5.
Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk
memperbaiki kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang
bersifat korektif.
J. Hubungan Strategi Perusahaan,
Pengambilan Keputusan, dan Akuntabilitas
Strategi
berhubungan dengan pembuatan keputusan antara dua atau lebih alternatif
keputusan. Saat memilih strategi, perusahaan memutuskan untuk mengejar salah
satu tindakan (fokus). Hal utama dari strategi adalah untuk membantu pembuat
keputusan memilih salah satu antara prioritas dan alternatif bersaing yang
dihadapi oleh perusahaan. Keputusan dari strategi yang dibuat haruslah memiliki
pertanggungjawaban yang jelas. Dengan adanya akuntabilitas, perusahaan lebih
memiliki presentase kesuksesan yang besar.
Untuk memudahkan proses dalam pengambilan keputusan agar
lebih komprehensif dan fokus, maka menggunakan pohon keputusan (decision tree). Pohon keputusan
didefinisikan oleh Susan Welch dan John C. Comer sebagai “suatu proses untuk
merinci masalah-masalah yang dihadapinya ke dalam komponen-komponen, kemudian
dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing
alternatif.”
Penggunaan pohon keputusan akan memudahkan pihak manajer
dalam melihat keputusan yang diambil secara lebih terang dan sederhana. Hal ini
merupakan strategi perusahaan dan pertanggung jawaban sebuah keputusan akan
diambil dengan mengidentifikasi baik buruknya dan keuntungan serta risiko yang
melekat pada keputusan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar